Menteri Luar Negeri (Menlu) China dan Menlu Ukraina berbicara via telepon untuk pertama kalinya dalam sebulan terakhir untuk membahas invasi Rusia. Otoritas China tetap menyerukan perundingan damai bahkan ketika Rusia dituduh melakukan kekejaman di kota-kota Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Selasa (5/4/2022), kecaman internasional menghujani Rusia beberapa hari terakhir dengan adanya temuan banyak mayat bergelimpangan di kota-kota Ukraina yang sebelumnya dikuasai pasukan Moskow. Otoritas Rusia berulang kali membantah bertanggung jawab atas mayat-mayat itu.
China sendiri berulang kali menolak untuk mengecam Rusia, sekutunya sejak lama, untuk invasi militernya terhadap Ukraina. Otoritas China menggemakan poin pembicaraannya dengan Rusia, dengan menyalahkan campur tangan Amerika Serikat (AS) dan ekspansi NATO sebagai pemicu konflik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Percakapan telepon antara Menlu China Wang Yi dengan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba yang digelar Senin (4/4) waktu setempat, menjadi pembicaraan tingkat tinggi yang pertama dilaporkan antara kedua negara sejak 1 Maret. China menyebut percakapan telepon itu dilakukan atas permintaan Ukraina.
Pekan lalu, Menlu Rusia Sergei Lavrov mengunjungi China untuk menghadiri serangkaian pertemuan.
Dalam percakapan telepon itu, seperti dilaporkan Kementerian Luar Negeri China, Wang menyebut 'sikap dasar China terhadap masalah Ukraina adalah untuk mendorong perundingan damai'.
"Perang suatu hari akan berakhir, dan kuncinya adalah bagaimana belajar dari pengalaman menyakitkan ini untuk menegakkan keamanan abadi di Eropa," sebut Wang seperti dikutip Kementerian Luar Negeri China.
Wang menambahkan bahwa China mempercayai pembentukan 'mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan' yang berdasarkan 'dialog yang setara' dan 'prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi'.
"China bersedia mengambil posisi objektif dan adil untuk terus memainkan peran konstruktif dengan caranya sendiri," cetus Wang.
Dalam pernyataan via Twitter pada Senin (4/4), Kuleba menyatakan dirinya 'berterima kasih kepada mitra China saya atas solidaritas dengan korban sipil'.
"Kami berdua memiliki keyakinan yang sama bahwa mengakhiri perang terhadap Ukraina memenuhi kepentingan bersama untuk perdamaian, keamanan pangan global, dan perdagangan internasional," imbuhnya.