Presiden Amerika Serikat Joe Biden menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kejahatan perang dan menyerukan pengadilan atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
"Anda melihat apa yang terjadi di Bucha," kata Biden kepada para wartawan setelah mendarat di Washington dari Delaware, tempat dia menghabiskan akhir pekan. "Ini membenarkan bahwa dia adalah penjahat perang," cetusnya seperti diberitakan Reuters, Selasa (5/4/2022).
Para pemimpin Barat menyatakan kecaman atas temuan kuburan massal dan mayat-mayat terikat yang ditembak dari jarak dekat di Bucha, sebuah kota di pinggiran Kiev yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina dari pasukan Rusia. Mereka tengah membahas untuk menjatuhkan sanksi-sanksi baru terhadap Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harus mengumpulkan informasi. Kami harus terus menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk melanjutkan pertempuran. Dan kami harus mendapatkan semua detailnya sehingga ini bisa menjadi kenyataan, mengadakan pengadilan kejahatan perang," kata Biden.
Ini bukan pertama kalinya Joe Biden menyebut Putin sebagai penjahat perang sejak dia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus". Moskow menyebut pernyataan Biden itu telah merusak hubungan AS-Rusia.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa Amerika Serikat akan mencari informasi dari empat sumber untuk membangun kasus kejahatan perang: AS dan sekutunya, termasuk dinas intelijen; pengamatan warga Ukraina di lapangan; organisasi internasional termasuk PBB; dan wawancara dari media-media independen global.
Pemerintah Rusia dengan tegas membantah tuduhan terkait pembunuhan warga sipil, termasuk di Bucha, dan menyebut gambar-gambar mayat dan kuburan massal di sana telah direkayasa oleh Ukraina untuk menyalahkan Rusia.
Simak Video: AS Sebut Pembantaian di Bucha Adalah Bukti Kejahatan Perang Rusia