Menang Pemilu Hungaria, Sekutu Putin Langsung Sebut Zelensky Sebagai Lawan

Menang Pemilu Hungaria, Sekutu Putin Langsung Sebut Zelensky Sebagai Lawan

Haris Fadhil - detikNews
Senin, 04 Apr 2022 08:01 WIB
Hungarian Prime Minister Viktor Orban attends the ruling Fidesz party congress in Budapest, Hungary, November 12, 2017. REUTERS/Laszlo Balogh
Viktor Orban (Foto: REUTERS/Laszlo Balogh)
Budapest -

Pemimpin Hungaria yang juga sekutu lama Rusia, Viktor Orban, telah menyatakan kemenangan dalam pemilihan parlemen di negara itu. Ini merupakan masa jabatan keempat Orban secara berturut-turut.

Dilansir dari CNN, Senin (4/4/2022), Partai Fidesz yang dipimpin Orban memimpin dengan 71 persen suara yang telah dihitung. Hasil tersebut disampaikan dewan pemilihan nasional Hungaria pada Minggu (3/4) malam.

Kampanye pemilihan didominasi oleh invasi Rusia ke Ukraina yang menempatkan hubungan panjang Orban dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di bawah pengawasan. Dalam pidato kemenangannya, Orban menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai salah satu 'lawan' yang harus dia kalahkan selama kampanye.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hungaria sangat bergantung pada energi Rusia dan Orban telah menghindari peluang untuk mengutuk serangan Putin terhadap negara tetangganya, memperumit upaya Uni Eropa untuk menghadirkan front persatuan melawan Putin.

Meskipun jajak pendapat memperkirakan persaingan yang lebih ketat, Partai Fidesz pimpinan Orban menang dengan nyaman di sebagian besar negara. Pemimpin oposisi Peter Marki-Zay bahkan gagal menang di distriknya sendiri, di mana dia pernah menjabat sebagai wali kota.

ADVERTISEMENT

"Kami memiliki kemenangan yang dapat dilihat dari bulan, tetapi pasti dapat dilihat dari Brussel," kata Orban dalam pidatonya.

Dia juga menjelaskan ketegangan yang telah berlangsung lama antara pemerintahnya dengan para pemimpin Uni Eropa.

"Kami akan mengingat kemenangan ini sampai akhir hidup kami karena kami harus berjuang melawan sejumlah besar lawan," kata Orban yang mengutip sejumlah musuh politiknya termasuk sayap kiri Hungaria, 'birokrat' di Brussel, media internasional,

"Dan juga presiden Ukraina, kami tidak pernah memiliki begitu banyak lawan pada saat yang bersamaan," ujarnya.

Hubungan Sulit dengan Uni Eropa

Orban telah menguasai ketat lembaga peradilan, media dan pendidikan Hungaria selama 12 tahun berkuasa, yang sekarang akan diperpanjang hingga 2026. Dia telah mendorong undang-undang yang menargetkan migran dan komunitas LGBTQ dan telah berbicara tentang niatnya untuk membangun negara 'tidak liberal' di dalam UE.

Kritikus telah lama mengeluh Orban telah memiringkan lapangan permainan politik melawan lawan-lawannya. Bulan lalu, Kantor Eropa untuk Lembaga Demokratik dan Hak Asasi Manusia (OSCE), merekomendasikan operasi pemantauan internasional skala penuh dari jajak pendapat 3 April - langkah langka untuk negara Uni Eropa - setelah menilai klaim 'kemerosotan umum kondisi untuk pemilihan yang demokratis'.

Lihat juga video 'Jejak Mengerikan Perang Rusia-Ukraina, Mayat Berserakan di Jalan':

[Gambas:Video 20detik]



Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

"Seluruh dunia dapat melihat malam ini di Budapest bahwa politik Kristen Demokrat, politik konservatif dan politik nasionalistik menang," kata Orban pada Minggu malam.

"Pesan kami ke Eropa adalah bahwa ini bukan masa lalu tetapi masa depan. Ini akan menjadi masa depan Eropa kita bersama," sambungnya.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Orban berkampanye terutama pada media sosial untuk menjaga pasukan dan senjata Hungaria tak ikut-ikutan dalam perang. Dia telah mendukung sebagian besar sanksi Uni Eropa terhadap Rusia sejak menginvasi Ukraina, tetapi telah menolak melangkah lebih jauh dan menempatkan dirinya sebagai pembawa damai bagi para pemilih.

Pada hari Rabu, menteri luar negerinya menuduh pemerintah Ukraina berkoordinasi dengan partai-partai oposisi Hungaria. Tapi tuduhan itu disampaikan tanpa bukti apapun.

Oposisi mengkritik Orban karena sikapnya. "Putin sedang membangun kembali kekaisaran Soviet dan Orban hanya mengawasinya dengan ketenangan strategis," kata pemimpin oposisi Marki-Zay seperti dilaporkan Reuters.

"Kami tidak memperdebatkan kemenangan Fidesz, tetapi kami memperdebatkan bahwa pemilihan ini demokratis dan seimbang. Kami akan tinggal di negara ini, saling membela, berpegangan tangan dan tidak akan melepaskan satu sama lain. Masa-masa sulit akan datang, terlepas dari hasil pemilu. Kami tahu mereka akan menyalahkan kami, kami akan menjadi kambing hitam, jadi lebih penting dari sebelumnya untuk saling berpegangan tangan dan tidak melepaskannya," ujar Marki-Zay yang mengakui kemenangan Orban.

Sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Orban memiliki hubungan yang sulit dengan Uni Eropa. Pemerintahannya telah dicerca oleh tokoh-tokoh senior di blok tersebut karena masalah aturan hukum; awal tahun ini, pengadilan tinggi Eropa mengizinkan UE untuk memblokir pendanaan ke Hungaria dan Polandia karena dianggap melanggar hak-hak demokrasi.

Referendum juga diadakan pada hari Minggu tentang undang-undang kontroversial Orban yang melarang materi dan program pendidikan untuk anak-anak yang dianggap mempromosikan homoseksualitas dan perubahan gender.

Halaman 2 dari 2
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads