Sri Lanka memblokir akses ke seluruh platform media sosial. Hal ini dilakukan setelah pemerintah memberlakukan lockdown nasional selama 36 jam untuk menahan protes atas krisis ekonomi yang memburuk di negara tersebut.
"Facebook, YouTube, Twitter, Instagram, dan WhatsApp termasuk di antara platform yang ditutup oleh penyedia layanan internet atas perintah otoritas pertahanan," kata saluran berita pro-pemerintah Ada Derana.
Dilansir AFP, Minggu (3/4/2022) Sri Lanka menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya. Kenaikan harga bahan bakar dan pemadaman listrik makin mendorong negara itu dalam krisis paling mengerikan sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1948.
Pada Jumat (1/4) Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa memberlakukan keadaan darurat di negara tersebut, pasca warga menyerbu rumahnya di ibu kota Kolombo. Pemerintah juga memberlakukan lockdown selama 36 jam mulai Sabtu (2/4) sore hingga Senin (4/4) pagi waktu setempat.
Tagar #GoHomeRajapaksas dan #GotaGoHome selama beberapa hari trending di Twitter dan Facebook Sri Lanka. Tagar itu seakan mendukung perlawanan warga akan kekurangan bahan pokok, kenaikan harga bahan bakar hingga pemadaman listrik yang melumpuhkan Sri Lanka, yang paling parah sejak negara itu merdeka dari Inggris pada tahun 1948.
Polisi mengatakan seorang aktivis media sosial ditangkap pada hari Jumat karena diduga memposting materi yang dapat menyebabkan keresahan publik.
Para duta besar negara-negara Barat di Kolombo telah menyatakan keprihatinannya atas penggunaan undang-undang darurat untuk meredam perbedaan pendapat demokratis dan mengatakan mereka memantau perkembangan di Sri Lanka.
Sementara itu, pasukan bersenjata telah dikerahkan di seluruh negeri untuk menjaga ketertiban.
Simak Video 'Krisis Ekonomi Sri Lanka, Pria Dibunuh saat Antre BBM-Militer Dikerahkan':
(izt/gbr)