Tujuh negara Uni Eropa menyerukan warganya untuk menahan diri dari bergabung dengan perlawanan militer Ukraina terhadap pasukan invasi Rusia.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (29/3/2022), seruan itu dikeluarkan oleh para menteri kehakiman Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, Luksemburg, dan Belgia pada Senin (28/3) waktu setempat.
Menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan setelah pertemuan mereka di Brussels, Belgia, para menteri dari tujuh negara itu "dengan suara bulat melarang orang-orang Eropa untuk bergabung" dengan barisan pejuang sukarela yang akan berperang di Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pasukan Rusia menyerbu pada 24 Februari lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara terbuka mengundang warga asing untuk datang membantu negaranya sebagai bagian dari "Legiun Internasional" yang akan berperang bersama Ukraina untuk melawan pasukan Rusia.
Pada 6 Maret, otoritas Ukraina mengatakan sekitar 20.000 orang telah menjawab ajakan Zelensky tersebut.
"Kami jelas tidak menganjurkan orang untuk melakukan perjalanan ke zona perang," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin setelah pembicaraan dengan rekan-rekannya di Brussels.
"Sepengetahuan saya, sangat sedikit keberangkatan dari Prancis yang dapat dikonfirmasi... hampir tidak ada," kata Darmanin, yang negaranya saat ini menjabat sebagai presiden dari 27 negara anggota Uni Eropa.
Sementara itu, pejabat senior Ukraina menyebut sedikitnya 5 ribu orang telah tewas di Kota Mariupol, Ukraina sejak Rusia menginvasi Ukraina. Jumlah tersebut bahkan dinilai bisa mencapai 10 ribu orang sampai hari ini.
Simak Video 'Delegasi Rusia-Ukraina Bertemu di Turki, Ini Harapan Erdogan':
Seperti dilansir AFP, Senin (28/3/2022), hal tersebut disampaikan oleh Penasihat Presiden Ukraina yang juga penanggung jawab bidang kemanusiaan Tetyana Lomakina. Dia menyebut setidaknya pihaknya telah mengubur sekitar 5 ribu orang di Mariupol sejak invasi Rusia ke Ukraina.
"Sekitar 5.000 orang dikuburkan," ucapnya.
Dia menyebut jumlah tersebut mungkin bisa lebih banyak. Pasalnya, proses penguburan korban telah dihentikan sejak 10 hari lalu lantaran gempuran Rusia yang terus berlanjut.
"Penguburan berhenti 10 hari yang lalu karena gempuran yang terus berlanjut," katanya, sambil menambahkan bahwa sebanyak 10.000 orang mungkin telah tewas.