Otoritas Ukraina melaporkan kebakaran kembali terjadi di zona eksklusi di kompleks pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl yang sudah tidak aktif, namun kini diduduki pasukan Rusia dalam invasinya.
"Kebakaran signifikan muncul di zona eksklusi, yang bisa memiliki konsekuensi sangat serius," ujar Wakil Perdana Menteri (PM) Ukraina Iryna Vereshchuk via Telegram pada Minggu (27/3) malam, seperti seperti dilansir AFP, Senin (28/3/2022).
"Namun hari ini tidak mungkin untuk mengendalikan dan memadamkan api sepenuhnya karena penguasaan zona eksklusi oleh pasukan pendudukan Rusia," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Minggu (27/3) waktu setempat menyatakan 'situasi tetap tidak berubah' terkait pengamanan di Chernobyl dan pembangkit nuklir lainnya di Ukraina.
Pekan lalu, IAEA yang merupakan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), menyebut kebakaran hutan di sekitar kompleks Chernobyl tidak memicu risiko radiologi yang besar.
Sejak 9 Maret lalu, IAEA tidak lagi menerima data langsung dari Chernobyl. IAEA juga mengkhawatirkan kurangnya pergantian staf di pembangkit nuklir itu sejak 20 Maret lalu. Pasukan Rusia diketahui menduduki kompleks Chernobyl sejak 24 Februari lalu, hari pertama invasi ke Ukraina.
Reaktor nomor empat di Chernobyl meledak pada 26 April 1986 silam, yang memicu bencana nuklir terburuk di dunia dengan ratusan orang tewas dan kontaminasi radioaktif menyebar di Eropa.
Gedung yang menampung reaktor nomor empat kini dibungkus semacam sarkofagus ganda yang besar untuk membatasi kontaminasi radioaktif.
Sarkofagus yang asli, yang dibangun era Uni Soviet, telah memburuk selama beberapa tahun ini. Yang baru dibangun menutupi yang lama dan selesai dibangun tahun 2019.
Tiga reaktor nuklir lainnya di Chernobyl dimatikan secara bertahap usai bencana nuklir itu, dengan reaktor terakhir dimatikan tahun 2000.