Militer Rusia mengisyaratkan penurunan target perang untuk fokus ke wilayah Ukraina timur, setelah gagal mematahkan perlawanan sengit dalam pertempuran dan serangan selama sebulan terakhir.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (26/3/2022), Presiden Vladimir Putin memerintahkan aksi militer yang disebut sebagai 'operasi khusus' ke Ukraina pada 24 Februari lalu dengan tujuan menghancurkan militer Ukraina dan menumbangkan Presiden Volodymyr Zelensky yang pro-Barat, yang akan membawa Ukraina di bawah pengaruh Rusia.
Namun seorang jenderal senior Rusia, Sergei Rudskoi, pekan ini mengumumkan penurunan 'tujuan utama' menjadi mengontrol Donbas, wilayah Ukraina bagian timur yang sebagian telah dikuasai oleh kelompok separatis pro-Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui bahwa militer Rusia baru saja mengumumkan jika tahap pertama aksi militer di Ukraina sudah tuntas, dan menyatakan bahwa tentaranya kini akan fokus pada 'pembebasan' Donbas yang ada di wilayah Ukraina bagian timur.
"Tugas utama dari tahap pertama operasi telah selesai," tegas Rudskoi selaku Kepala Direktorat Operasional Utama pada Staf Jenderal Militer Rusia dalam pernyataannya pada Jumat (25/3) waktu setempat.
"Potensi tempur Angkatan Bersenjata Ukraina telah berkurang secara signifikan, yang memungkinkan (kita) -- saya tekankan sekali lagi -- untuk fokus pada upaya utama kita dalam mencapai tujuan utama -- pembebasan Donbas," tegas Rudskoi.
Dia juga mengklaim bahwa pasukan Rusia telah 'secara praktis' menghancurkan Angkatan Udara dan pertahanan antipesawat Ukraina, juga Angkatan Laut Ukraina.
Lihat Video: Bertemu Cak Imin, Dubes Ukraina Berharap G20 Jadi Sarana Perdamaian
Pasukan Rusia sebelumnya diprediksi mampu menyerang wilayah-wilayah Ukraina dengan sedikit perlawanan. Namun pasukan yang dikirimkan Putin telah menunjukkan disiplin dan moral yang buruk, peralatan militer dan taktis yang salah, serta brutal terhadap warga sipil.
Di tengah penyensoran ketat, otoritas Rusia pada Jumat (25/3) menyampaikan pengumuman resmi kedua soal jumlah tentara yang tewas sejak awal invasi pada 24 Februari lalu. Diakui oleh otoritas Rusia bahwa 1.351 tentaranya tewas di Ukraina.
Angka itu jauh di bawah perkiraan Barat, dengan salah satu pejabat senior NATO menyebut antara 7.000 - 15.000 tentara Rusia tewas dalam invasi di Ukraina.
Pengumuman Rudskoi soal poros pertempuran untuk Ukraina bagian timur disertai sejumlah klaim kesuksesan. Dia mengklaim militer Ukraina sangat mengalami kemunduran dan Rusia tidak merebut kota-kota di Ukraina demi 'mencegah kehancuran dan meminimalisasi kerugian di kalangan personel militer dan warga sipil'.
Namun referensinya soal rencana untuk 'pembebasan' wilayah Donbas dinilai bisa meletakkan dasar bagi Kremlin untuk fokus pada operasi militer yang lebih mudah, yang bisa diklaim kepada warga Rusia sebagai kemenangan.