Rusia mengklaim telah menghancurkan situs penyimpanan bahan bakar militer terbesar yang tersisa di Ukraina. Disebutkan bahwa pasukan Rusia menyerangnya dengan rudal jelajah Kalibr.
"Pada malam 24 Maret, rudal jelajah berbasis laut presisi tinggi Kalibr menyerang pangkalan bahan bakar di desa Kalynivka dekat Kiev," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (25/3/2022).
Kementerian mengatakan tempat tersebut adalah fasilitas penyimpanan bahan bakar militer terbesar yang tersisa di Ukraina, memasok pasukan di bagian tengah negara pro-Barat itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu disampaikan pada hari ke-29 dari apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina. Ribuan orang dilaporkan telah tewas dan lebih dari 10 juta orang telah meninggalkan rumah mereka akibat invasi Rusia tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, bahwa sejak dimulainya aksi militer Moskow di Ukraina, pasukan Rusia telah menghancurkan lebih dari 260 drone, lebih dari 1.580 tank dan kendaraan lapis baja lainnya serta 204 sistem senjata antipesawat.
Sementara itu, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menyalahkan Rusia atas krisis kemanusiaan di Ukraina dan menyerukan gencatan senjata segera. Resolusi itu disahkan dengan mayoritas 140 suara mendukung dan hanya lima suara menentang. Sekitar 38 anggota abstain dari pemungutan suara.
Simak Video: Joe Biden Ingin Rusia Hengkang dari G20
Dilansir dari DW, Jumat (25/3/2022), resolusi tersebut ditulis oleh Ukraina dan mitranya, mengkritik Rusia atas situasi kemanusiaan yang "mengerikan" di Ukraina. Lima negara yang menentang: Rusia, Belarus, Suriah, Korea Utara, dan Eritrea, sama-sama memilih menentang resolusi yang mengutuk invasi. Cina dan India, mitra utama Rusia, sekali lagi abstain.
Dilaporkan total 3.343 orang dievakuasi dari kota-kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada hari Kamis (24/03). Sebanyak 2.717 orang di antaranya berhasil meninggalkan Mariupol, yang dikepung oleh Rusia. Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengklaim bahwa pasukan Rusia telah mencegah konvoi bantuan kemanusiaan memasuki Mariupol.