Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un dikabarkan menolak Rusia yang meminta bantuan di tengah invasinya ke Ukraina. Kim Jong-Un dilaporkan menyebut Rusia 'terlalu gila'.
Seperti dilansir media Irlandia, Irish Mirror, Rabu (23/3/2022), permintaan bantuan dari Rusia kepada Korut itu diungkapkan oleh seorang wartawan bernama Sarah Hurst yang mengelola akun Twitter @XSoviet-News yang membahas Rusia. Tidak disebutkan lebih lanjut sumber informasi tersebut.
Menurut Hurst, seperti dikutip Irish Mirror, Kim Jong-Un dengan cepat menolak permintaan bantuan dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rusia dilaporkan meminta bantuan Korea Utara untuk invasinya yang gagal," klaim Hurst dalam pernyataan via Twitter.
"Korea Utara merespons, 'Anda terlalu gila untuk kami'," imbuhnya.
Laporan soal permintaan bantuan Rusia kepada Korut dan penolakan Kim Jong-Un ini belum diverifikasi oleh sumber-sumber lainnya. Belum ada tanggapan dari pemerintah Rusia maupun Korut soal hal ini.
Diketahui bahwa Korut secara historis menjadi sekutu utama Rusia melalui hubungan historisnya dengan era komunis Uni Soviet. Meskipun kurangnya bantuan aktif, Kim Jong-Un sebelumnya telah menyatakan dukungan secara terbuka untuk aksi militer Rusia yang diperintahkan Putin di Ukraina.
Simak Video 'Konvoi Militer Rusia di Kharkiv Membawa Persediaan':
Dalam pernyataan resmi pertama usai Rusia menginvasi Ukraina, Kementerian Luar Negeri Korut menyatakan bahwa Barat bersalah atas 'penyalahgunaan wewenang'.
Sementara Duta Besar Korut untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya menjadi akar penyebab dari krisis Ukraina, setelah mengabaikan tuntutan keamanan Rusia yang disebut Korut 'beralasan dan adil'.
Laporan Irish Mirror juga menyatakan bahwa sejumlah laporan menyebut Putin yang marah karena invasi Rusia stagnan, tengah mempertimbangkan 'rencana B' yang merujuk pada senjata non-konvensional.