Kremlin menyebut invasi ke Ukraina mengungkap siapa pengkhianat di dalam Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menggemakan seruan untuk 'memurnikan' masyarakat Rusia dari pengkhianat.
"Dalam situasi ini, banyak orang menunjukkan diri mereka sebagai pengkhianat," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, seperti dilansir dari AFP, Kamis (17/3/2022).
"Mereka menghilang dari kehidupan kita dengan sendirinya. Beberapa meninggalkan pos mereka, beberapa meninggalkan negara. Begitulah pemurnian terjadi," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ribuan orang Rusia meninggalkan negara mereka dalam beberapa hari -- atau bahkan beberapa jam -- setelah keputusan Putin untuk melancarkan serangan militer besar-besaran di Ukraina pada 24 Februari.
Jumlah pasti mereka tidak diketahui. Namun Peskov mengatakan sebagian besar orang Rusia mendukung Putin.
Pada Rabu (16/3), Putin dengan berapi-api membela taktiknya di Ukraina, sambil mencerca apa yang disebutnya kolom kelima dan pengkhianat nasional yang 'secara mental' di Barat.
"Orang Rusia akan selalu dapat membedakan patriot sejati dari pengkhianat dan hanya memuntahkannya seperti lalat yang secara tidak sengaja terbang ke mulut mereka," ucapnya.
"Saya yakin bahwa pemurnian diri masyarakat yang alami dan perlu seperti itu hanya akan memperkuat negara kita," kata Putin pada pertemuan pemerintah yang disiarkan televisi.
Pemimpin Rusia juga menuduh pers Barat dan raksasa media sosial menciptakan 'kerajaan kebohongan' untuk melawan Rusia.
Mahkamah Internasional Minta Rusia Hentikan Invasi ke Ukraina
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) memerintahkan Rusia untuk menangguhkan invasinya ke Ukraina. ICJ menyatakan 'sangat prihatin' dengan penggunaan kekuatan militer oleh Rusia di wilayah Ukraina, yang merupakan negara tetangganya.
Seperti dilansir AFP, Kamis (17/3), putusan ini dijatuhkan ICJ saat pasukan militer Ukraina masih melanjutkan invasinya terhadap kota-kota besar Ukraina, termasuk ibu kota Kiev. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebelumnya melaporkan bahwa lebih dari 3 juta orang mengungsi dari perang di Ukraina.
Otoritas Ukraina menyeret Rusia ke dalam ICJ yang berkantor di Den Haag, Belanda, setelah invasi militer dilancarkan pada 24 Februari lalu.
Dalam permohonannya, Ukraina meminta badan hukum PBB itu untuk melakukan intervensi. Kepada ICJ, Ukraina menyebut Rusia telah secara keliru menuduh genosida terjadi di wilayah separatis Donetsk dan Luhansk yang ada di Ukraina bagian timur untuk membenarkan serangan militernya.
Ukraina meminta adanya langkah-langkah segera untuk menghentikan pertempuran di wilayahnya. Badan hak asasi manusia (HAM) PBB melaporkan bahwa pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina telah merenggut sedikitnya 1.834 korban sipil.
"Federasi Rusia harus segera menangguhkan operasi militer yang dimulai pada 24 Februari di wilayah Ukraina," ucap hakim ketua Joan Donoghue dalam persidangan di markas ICJ di gedung Peace Palace, Den Haag, pada Rabu (16/3) waktu setempat.
Donoghue meminta Rusia menangguhkan invasi ke Ukraina sembari menunggu putusan akhir terkait kasus ini.
"Pengadilan sangat prihatin soal penggunaan kekuatan oleh Federasi Rusia yang menimbulkan masalah sangat serius dalam hukum internasional," ujarnya.