Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson bertolak ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) pada Selasa (15/3) waktu setempat untuk membahas tentang pasar minyak global setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (16/3/2022), Johnson dijadwalkan bertemu Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di Riyadh dan Putra Mahkota Mohammed bin Zayed di Abu Dhabi pada Rabu (16/3), sebagai bagian dari upayanya untuk membantu mengurangi ketergantungan Barat pada minyak Rusia.
Kunjungan ke Arab Saudi khususnya kontroversial, setelah kemarahan kelompok-kelompok hak asasi manusia atas eksekusi mati massal 81 orang pada Sabtu (12/3) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bin Salman juga dituduh mendalangi pembunuhan jurnalis kawakan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2018.
Juru bicara Johnson bersikeras bahwa pemimpin Inggris itu akan mengangkat masalah hak asasi manusia dan eksekusi mati. Johnson juga akan meminta bin Salman untuk mengutuk Presiden Rusia Vladimir Putin atas serangannya di Ukraina.
Baik Arab Saudi maupun UEA sejauh ini menghindari mengambil posisi melawan Rusia.
Tetapi Johnson mengatakan sebelum bertolak ke Teluk, bahwa dampak serangan "brutal dan tidak beralasan" Presiden Rusia Vladimir Putin akan terasa hingga ke luar Eropa.
Dan ketika sanksi-sanksi Barat mulai menggigit, koalisi internasional baru diperlukan untuk mengimbangi dampaknya terhadap konsumen yang sudah merasakan tekanan dari inflasi yang tinggi dan kenaikan biaya hidup.
"Dunia harus melepaskan diri dari hidrokarbon Rusia... Arab Saudi dan Uni Emirat Arab adalah mitra internasional utama dalam upaya itu," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami akan bekerja dengan mereka untuk memastikan keamanan regional, mendukung upaya bantuan kemanusiaan dan menstabilkan pasar energi global untuk jangka panjang," imbuh Johnson.
UEA dan Arab Saudi adalah dua mitra ekonomi terbesar Inggris di kawasan Teluk. Menurut Downing Street, perdagangan bilateral masing-masing senilai Β£12,2 miliar (US$ 15,9 miliar, 14,5 miliar euro) dan Β£10,4 miliar pada tahun 2020.
Johnson berharap dia dapat membujuk bin Salman untuk meningkatkan produksi minyak kerajaan Saudi untuk membantu menurunkan harga yang melonjak, yang memicu kenaikan tagihan energi rumah tangga.
Sebelumnya, Jerman pekan lalu juga mengeluarkan "imbauan mendesak" kepada kelompok produsen minyak OPEC yang dipimpin Saudi untuk meningkatkan produksi "untuk menciptakan kelegaan di pasar" karena kekhawatiran pasokan.
Seperti Amerika Serikat, Inggris juga berencana untuk menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun, sebagai bagian dari sanksi luas yang menargetkan bisnis dan miliarder Rusia.
Impor Rusia menyumbang 8,0 persen dari total permintaan minyak Inggris. Rusia adalah produsen gas terbesar di dunia dan produsen minyak terbesar kedua dunia setelah raja minyak OPEC, Arab Saudi.
Lihat juga video 'Diejek Ramzan Kadyrov Gegara Ajak Putin Duel, Ini Balasan Elon Musk':