Ajak Putin Dialog, Presiden Ukraina: Kami Tak Siap untuk Ultimatum

Ajak Putin Dialog, Presiden Ukraina: Kami Tak Siap untuk Ultimatum

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 09 Mar 2022 09:59 WIB
In this handout photo provided by the Ukrainian Presidential Press Office, Ukrainian President Volodymyr Zelenskyy speaks during a news conference in Kyiv, Ukraine, Friday, Jan. 28, 2022. High-stakes diplomacy continued on Friday in a bid to avert a war in Eastern Europe. The urgent efforts come as 100,000 Russian troops are massed near Ukraines border and the Biden administration worries that Russian President Vladimir Putin will mount some sort of invasion within weeks. (Ukrainian Presidential Press Office via AP)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (dok. Ukrainian Presidential Press Office via AP)
Kiev -

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan terbuka untuk 'berkompromi' soal status dua wilayah separatis Ukraina yang diakui Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai negara merdeka sebelum invasi militer dilancarkan pada 24 Februari lalu. Zelensky juga mengakui Ukraina tidak siap menghadapi ultimatum Rusia.

Seperti dilansir AFP, Rabu (9/3/2022), sebelum memerintahkan invasi ke Ukraina, Putin mengakui dua wilayah separatis di Ukraina bagian timur -- Donetsk dan Luhansk -- sebagai negara merdeka. Kedua wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia itu telah terlibat konflik dengan militer Ukraina sejak tahun 2014.

Volodymyr dalam wawancara dengan media terkemuka Amerika Serikat (AS), ABC News, menyatakan dirinya terbuka untuk berdialog dengan Rusia saat dimintai tanggapan soal salah satu tuntutan Rusia yang meminta Ukraina juga mengakui kedua wilayah itu sebagai negara merdeka dan berdaulat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya berbicara soal jaminan keamanan," ucap Zelensky dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan Senin (7/3) malam waktu AS.

Zelensky menyatakan bahwa kedua wilayah separatis itu 'belum diakui oleh siapa pun kecuali Rusia'. Dia menyebut kedua wilayah Ukraina yang mendeklarasikan kemerdekaannya itu sebagai 'republik-republik semu'.

ADVERTISEMENT

"Tapi kita bisa mendiskusikannya dan mencari kompromi soal bagaimana wilayah-wilayah ini bisa terus hidup," cetus Zelensky dalam pernyataannya.

"Yang penting bagi saya adalah bagaimana orang-orang di wilayah-wilayah ini akan hidup, mereka yang ingin menjadi bagian Ukraina, mereka yang berada di Ukraina akan mengatakan bahwa mereka ingin mereka bergabung," imbuhnya.

Simak Video 'Presiden Ukraina Minta Inggris Akui Rusia Negara Teroris!':

[Gambas:Video 20detik]



"Jadi pertanyaannya lebih sulit dari sekadar mengakui wilayah-wilayah itu," sebut Zelensky.

Lebih lanjut, Zelensky mengakui Ukraina tidak siap menghadapi ultimatum dari Rusia. Dia pun kembali menyerukan agar Putin bersedia untuk melakukan dialog dengan Ukraina.

"Ini adalah ultimatum lainnya dan kami tidak siap untuk ultimatum. Yang perlu dilakukan adalah Presiden Putin mulai berbicara, memulai dialog daripada hidup di dalam gelembung informasi tanpa oksigen," tandas Zelensky.

Sebelumnya, juru bicara Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, membeberkan tuntutan Rusia yang harus dipenuhi oleh Ukraina, jika menginginkan invasi yang dimulai dua pekan lalu dihentikan dalam sekejap.

Berbicara kepada Reuters via telepon, Peskov membeberkan bahwa Rusia menuntut agar Ukraina menghentikan aksi militernya, mengubah konstitusi demi menegakkan netralitas, mengakui Crimea sebagai wilayah Rusia dan mengakui dua wilayah separatis -- Donetsk dan Luhansk -- sebagai negara merdeka.

Halaman 3 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads