Pagi-pagi Buta Putin Telepon Presiden Belarusia Soal Invasi Ukraina

Pagi-pagi Buta Putin Telepon Presiden Belarusia Soal Invasi Ukraina

Matius Alfons - detikNews
Kamis, 24 Feb 2022 13:41 WIB
Russian President Vladimir Putin listens during a meeting in the Kremlin, in Moscow, Russia, Thursday, Nov. 19, 2020. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Moscow -

Rusia mulai meluncurkan operasi militer di Ukraina sejak hari ini. Presiden Rusia Vladimir Putin disebut sempat menghubungi Presiden Belarusia Alexander Lukashenko terkait operasi militer tersebut.

Seperti dilansir AFP, Kamis (24/2/2022), kantor Presiden Alexander Lukashenko mengkonfirmasi hal tersebut. Putin disebut sempat menelpon Presiden Belarusia sekitar pukul 5 pagi waktu setempat.

"Sekitar jam 5 pagi hari ini ada percakapan telepon antara presiden Belarusia dan Rusia," kata kantor Lukashenko.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putin disebut memberikan informasi terkait situasi dan kondisi yang terjadi di perbatasan Ukraina dan Rusia, tepatnya di Donbas.

"Selama panggilan, Vladimir Putin memberi tahu rekannya dari Belarusia tentang situasi di perbatasan dengan Ukraina dan di Donbas," lanjut kantor Lukashenko.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, pihak Kremlin tidak memiliki pernyataan tentang panggilan itu. Belum ada kejelasan apa maksud Putin menghubungi Belarusia.

Simak selengkapnya ancaman Putin bagi nengara lain yang ikut campur di halaman berikutnya.

Simak juga Video: Sirine di Ukraina Menggema, Ledakan-Asap Muncul di Kota

[Gambas:Video 20detik]



Putin Ancam Negara yang Ikut Campur Perang

Sebelumnya Putin buka suara terkait keterlibatan negara lain dalam perang Rusia dan Ukraina. Dia memperingatkan akan ada konsekuensi berat bagi negara-negara lain yang ikut campur dalam perang tersebut.

"Setiap upaya untuk campur tangan akan mengarah pada konsekuensi yang belum pernah Anda lihat," kata Putin.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin membenarkan pihaknya telah mulai penyerangan terhadap Ukraina. Dia menegaskan serangan itu diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina timur.

Putin beralasan penyerangan itu lantaran AS dan sekutunya mengabaikan permintaan Rusia untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menawarkan jaminan keamanan kepada Moskow. Dia pun dengan percaya diri mengklaim bahwa Rusia tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina tetapi akan bergerak untuk "demiliterisasi" dan membawa mereka yang melakukan kejahatan ke keadilan.

Rusia Mulai Serang Ukraina

Untuk diketahui, pada Kamis (24/2) pagi waktu setempat, Putin mengumumkan dimulainya operasi militer di Ukraina. Dilansir dari Associated Press, Putin mengatakan operasi militer itu dilakukan sebagai tanggapan atas ancaman yang datang dari Ukraina. Dia menambahkan bahwa Rusia tidak memiliki tujuan untuk menduduki Ukraina. Putin mengatakan tanggung jawab atas pertumpahan darah terletak pada "rezim" Ukraina.

Putin pun memperingatkan negara-negara lain bahwa setiap upaya untuk mengganggu tindakan Rusia akan mengarah pada "konsekuensi yang belum pernah mereka lihat."

"Saya yakin para tentara dan perwira Rusia akan memenuhi tugas mereka dengan berani," katanya, seraya menambahkan bahwa "keamanan negara terjamin."

Rentetan ledakan juga dilaporkan terdengar di Kiev, ibu kota Ukraina dan beberapa kota di dekat garis depan Ukraina timur dan di sepanjang pantai negara itu, beberapa saat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer.

Koresponden AFP juga mendengar ledakan di kota pelabuhan Odessa, Laut Hitam, dekat dengan garis depan daerah kantong pemberontak yang didukung Rusia, dan tepat di seberang laut dari Krimea yang dicaplok Rusia.

Ledakan juga terjadi di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, yang terletak 35 kilometer (20 mil) selatan perbatasan Rusia dan di luar zona timur di mana pasukan Ukraina telah memerangi pemberontak yang didukung Moskow sejak 2014.

Otoritas Ukraina telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat sipil. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan dalam postingan di Twitter bahwa negaranya menghadapi "invasi skala penuh".

Lebih dekat ke zona perang di Ukraina timur, empat ledakan keras terdengar di Kramatorsk, yang berfungsi sebagai ibu kota efektif pemerintah Ukraina untuk zona perang timur.

Ledakan-ledakan lainnya juga terdengar di Mariupol, sebuah pelabuhan di Laut Azov yang menyediakan jembatan darat antara Rusia dan semenanjung Krimea yang dicaplok Kremlin.

"Operasi militer ofensif Rusia adalah untuk menghancurkan negara Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan.

"Para pembela kita siap untuk mengusir negara agresor dan akan melakukan segala daya upaya mereka untuk mempertahankan tanah Ukraina," imbuh kementerian, seraya menyerukan sekutu-sekutu Barat Ukraina untuk "segera" menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia.

Halaman 2 dari 2
(maa/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads