Lebih dari 282.000 kasus virus Corona (COVID-19) terdeteksi dalam sehari di wilayah India. Lonjakan ini tercatat sebagai yang tertinggi selama delapan bulan terakhir di India yang tengah dilanda gelombang Corona varian Omicron.
Namun di tengah lonjakan itu, ilmuwan pemerintahan memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu beberapa pekan sebelum data menyeluruh akan menunjukkan seberapa parah terjangan gelombang Omicron di India. Demikian seperti dilansir Reuters, Rabu (19/1/2022).
Dalam 24 jam terakhir, otoritas India melaporkan 282.970 kasus Corona di wilayahnya. Angka ini tercatat sebagai lonjakan kasus Corona tertinggi dalam delapan bulan terakhir di India.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan lonjakan itu, total kasus Corona di India kini mencapai 37,9 juta kasus -- yang merupakan total kasus tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).
Otoritas India juga melaporkan tambahan 441 kematian akibat Corona dalam sehari.
Varian Omicron, disebut oleh pemerintah federal India, telah memicu angka rawat inap dan kematian lebih rendah dibandingkan varian Delta, yang menewaskan ratusan ribu orang tahun lalu.
Namun ilmuwan Tarun Bhatnagar dari ICMR-Institut Epidemiologi Nasional di Chennai menyatakan dampak dari peningkatan penularan Corona dalam gelombang terbaru akan terlihat setelah mengalami penundaan.
"Kita harus mengkhawatirkan rawat inap dan kematian, dan itu akan terlihat nanti," ujar Bhatnagar kepada Reuters dalam wawancara via telepon.
"Akan selalu ada penundaan selama dua hingga tiga pekan," imbuhnya.
Meskipun tingkat penularan baru-baru ini mengalami penurunan di kota-kota besar India, para pakar memperkirakan angka penularan secara nasional bisa mencapai puncaknya pada pertengahan bulan depan.
Sejauh ini, sekitar 70 persen dari total 939 juta populasi dewasa di India telah menerima dua dosis primer vaksin Corona. Sementara pemberian dosis booster bagi para tenaga kesehatan dan warga yang rentan masih berlangsung.
Namun jutaan orang lainnya di negara ini masih menunggu giliran untuk mendapatkan dosis pertama. Bhatnagar mengutip laporan sejumlah negara bagian bahwa jumlah orang yang belum divaksinasi atau tidak divaksinasi penuh menyumbang 90 persen dari angka pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU).