Studi AS Tunjukkan Penurunan Rawat Inap dan Kematian Akibat Omicron

Studi AS Tunjukkan Penurunan Rawat Inap dan Kematian Akibat Omicron

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 13 Jan 2022 12:01 WIB
Amerika Serikat (AS) melaporkan lebih dari 441.000 kasus virus Coronadalam sehari. Lonjakan kasus ini tercatat sebagai yang tertinggi sejak pandemi merebak di AS.
ilustrasi (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Sebuah studi pendahuluan di Amerika Serikat terhadap hampir 70.000 orang positif COVID-19 menunjukkan penurunan risiko rawat inap dan kematian akibat varian Omicron secara substansial.

Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (13/1/2022), menurut hasil studi tersebut, orang-orang yang terinfeksi varian Omicron, separuh kemungkinannya dirawat di rumah sakit, sekitar 75 persen lebih kecil kemungkinannya untuk membutuhkan perawatan intensif, dan sekitar 90 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dibandingkan dengan mereka yang terinfeksi dengan varian Delta yang sebelumnya dominan.

Disebutkan bahwa dari sekitar 52.000 orang yang terinfeksi Omicron, tidak ada yang menggunakan ventilator, dibandingkan dengan 11 orang yang menggunakan ventilator dari hampir 17.000 orang yang terinfeksi varian Delta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil studi juga menunjukkan, masa inap pasien di rumah sakit berlangsung selama rata-rata 1,5 hari untuk Omicron, dibandingkan dengan lima hari untuk Delta, dan 90 persen pasien Omicron dipulangkan dalam tiga hari atau kurang.

Analisis tersebut dilakukan pada data dari sistem rumah sakit Kaiser Permanente Southern California, yang melayani populasi sekitar 4,7 juta orang, antara 30 November 2021, dan 1 Januari 2022, ketika kedua jenis virus Corona tersebut beredar luas.

ADVERTISEMENT

Temuan ini didasarkan pada akumulasi penelitian tingkat populasi dari negara-negara termasuk Afrika Selatan dan Inggris, tetapi juga pada pengujian berbasis jaringan hewan dan manusia, yang menemukan bahwa Omicron bereplikasi lebih baik di saluran udara bagian atas dibandingkan dengan paru-paru.

Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Universitas California, Berkeley, Kaiser Permanente dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

"Studi ini mengontrol parameter kunci penting seperti usia, jenis kelamin, infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya, vaksinasi sebelumnya dan komorbiditas," kata direktur CDC Rochelle Walensky kepada wartawan.

Hasilnya menunjukkan bahwa Omicron "secara intrinsik kurang parah daripada Delta," dan penurunan yang diamati pada kasus yang parah bukan hanya hasil dari lebih banyak orang yang divaksinasi dan terinfeksi dari waktu ke waktu.

Amerika Serikat mencatat rata-rata 750.000 kasus baru infeksi COVID-19 per hari - meskipun angka itu diperkirakan akan segera melebihi satu juta - sekitar 150.000 total rawat inap dan lebih dari 1.600 kematian setiap hari.

Kepala penasihat medis Presiden Joe Biden, Anthony Fauci, memperkirakan bahwa "Omicron, dengan tingkat penularan yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya, pada akhirnya akan menginfeksi hampir semua orang."

Tetapi dia menambahkan bahwa setelah negara itu keluar dari gelombang pandemi saat ini, AS akan bertransisi menuju masa depan hidup bersama virus Corona, dengan vaksin COVID-19 akan meringankan penyakit parah untuk sebagian besar orang dan tersedianya perawatan efektif untuk yang paling rentan.

Halaman 3 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads