Kerusuhan di Kazakhstan bak medan perang. Kerusuhan di Kazakhstan diawali dengan aksi-aksi demonstrasi untuk memprotes kenaikan harga bahan bakar.
Kazakhstan yang merupakan negara kaya energi itu telah diguncang pergolakan selama seminggu terakhir. Hal tersebut menyebabkan sejumlah orang dilaporkan tewas dan ribuan orang ditangkap.
Simak informasi di bawah ini mengenai kerusuhan di Kazakhstan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerusuhan di Kazakhstan: Karena Kenaikan Harga Bahan Bakar
Melansir dari BBC, sejumlah kerusuhan terjadi di Kazakhstan pada 2 Januari lalu. Hal tersebut diketahui karena harga bahan bakar gas cair yang melonjak naik.
Aksi demo itu kemudian membengkak menjadi gerakan luas melawan pemerintah Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev. Selain itu, mantan Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev yang merupakan presiden pertama Kazakhstan diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan harga bahan bakar tersebut.
Setelah pengunduran diri Nursultan Nazarbayev, yang menjabat sejak kemerdekaan hingga 2019, rakyat berharap pemimpin yang baru, Kassym-Jomart Tokayev akan membawa perubahan. Namun harapan tersebut kandas.
Pemerintahan Tokayev mengganti nama ibu kota Astana menjadi Nur-Sultan, guna menghormati mantan presiden tersebut. Hal tersebut adalah bukti bagi banyak orang bahwa elit lama masih berkuasa di Kazakhstan.
Kerusuhan di Kazakhstan: 164 Orang Tewas
Dilansir dari AFP, Senin (10/1/2022), portal informasi yang dikelola pemerintah pada hari Minggu (9/1) mengatakan 164 orang telah tewas dalam kerusuhan. Sebanyak 103 orang di antaranya dilaporkan tewas di Almaty yang merupakan kota terbesar di Kazakhstan.
Angka-angka baru - yang belum diverifikasi secara independen - menandai peningkatan drastis korban tewas dalam kerusuhan. Pejabat sebelumnya mengatakan 26 'penjahat bersenjata' telah terbunuh dan bahwa 16 petugas keamanan telah meninggal.
Namun, pernyataan itu menghilang dari saluran telegram pemerintah. Kementerian Kesehatan mengatakan kepada Media Rusia dan Kazakhstan bahwa informasi itu telah dipublikasikan karena kesalahan.
Secara total, 5.800 orang telah ditahan untuk diinterogasi, termasuk sejumlah besar warga negara asing. Hal itu disampaikan oleh pihak kepresidenan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan krisis yang dipimpin oleh Presiden Kassim-Jomart Tokayev.
"Situasinya telah distabilkan di semua wilayah negara, bahkan jika pasukan keamanan melanjutkan operasi 'pembersihan'," ujarnya.
Informasi lainnya soal kerusuhan di Kazakhstan juga dapat dilihat di halaman selanjutnya.
Kerusuhan di Kazakhstan: Presiden Berikan Perintah Tembak Mati
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, memberikan perintah tembak di tempat terhadap orang-orang yang disebutnya sebagai 'bandit' dan 'teroris'. Sekitar 20.000 'bandit' telah menyerang dan menghancurkan properti milik negara di kota Almaty, yang juga ibu kota finansial Kazakhstan.
Tokayev sebelumnya menyalahkan sekelompok 'bandit' dan 'teroris' yang disebutnya memicu kerusuhan di Kazakhstan. Tokayev juga memperingatkan bahwa mereka yang enggan menyerahkan diri akan 'dihancurkan'.
Tokayev juga menolak seruan untuk menggelar perbincangan dengan para demonstran. Dia justru menyebut para demonstran sebagai 'penjahat' dan 'pembunuh'.
Kerusuhan di Kazakhstan: Suasana di Almaty Seperti Medan Perang
Kota terbesar di Kazakhstan, Almaty terlihat bak medan perang. Hanya sedikit orang yang terlihat di jalanan, banyak dari mereka takut untuk meninggalkan rumahnya.
Biasanya, kota Almaty sangat ramai, banyak tumbuh-tumbuhan hijau, pertokoan dan restoran. Namun saat ini, suasana kota Almaty gelap dan dipenuhi dengan asap hitam yang berasal dari kendaraan-kendaraan yang hangus terbakar.
Warga Almaty saat ini sedang menghadapi kekurangan makanan. Hal ini karena sejumlah supermarket besar di kota tersebut tutup.
Selain itu, akses internet dan telepon juga tidak bisa berfungsi dengan baik di Almaty. Hal ini membuat warga kesulitan untuk mendapatkan informasi dari luar kota.