Tentara AS Tak Akan Dihukum Atas Serangan Drone Tewaskan Warga Afghanistan

Tentara AS Tak Akan Dihukum Atas Serangan Drone Tewaskan Warga Afghanistan

Rita Uli Hutapea - detikNews
Selasa, 14 Des 2021 10:57 WIB
A destroyed vehicle is seen inside a house after a U.S. drone strike in Kabul, Afghanistan, Sunday, Aug. 29, 2021. A U.S. drone strike destroyed a vehicle carrying
kondisi kendaraan yang menjadi target serangan drone AS (Foto: AP Photo/Khwaja Tawfiq Sediqi)
Jakarta -

Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon menyatakan bahwa tidak ada pasukan atau pejabat AS yang akan menghadapi tindakan disipliner atas serangan pesawat tak berawak (drone) di Kabul pada Agustus lalu, yang menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk tujuh anak-anak.

Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (14/12/2021), juru bicara Pentagon, John Kirby mengatakan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin telah menerima tinjauan tingkat tinggi dari serangan tersebut yang tidak membuat rekomendasi pertanggungjawaban.

"Dia menyetujui rekomendasi mereka," kata Kirby. "Menteri tidak ... menyerukan langkah-langkah akuntabilitas tambahan," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada kasus yang cukup kuat untuk dibuat pertanggungjawaban pribadi," ujar Kirby.

Serangan drone pada 29 Agustus tersebut terjadi pada hari-hari terakhir evakuasi massal yang dipimpin Amerika Serikat dari Kabul setelah Taliban menguasai negara itu.

ADVERTISEMENT

Para pejabat AS mengatakan mereka memiliki informasi intelijen tentang kemungkinan serangan ISIS terhadap operasi evakuasi di bandara Kabul, dan meluncurkan rudal dari pesawat tak berawak ke target yang dianggap sebagai mobil sarat dengan amunisi.

Namun, kenyataannya rudal tersebut menghantam sebuah keluarga yang termasuk seorang pria Afghanistan yang bekerja untuk kelompok bantuan AS dan tujuh anak.

Simak juga 'Rusia Peringatkan AS-NATO Tak Menyebar Rudal di Tengah Tensi Ukraina':

[Gambas:Video 20detik]



Pada awal November, sebuah laporan awal yang dibuat Inspektur Jenderal Angkatan Udara AS, Letnan Jenderal Sami Said, menyebut serangan drone itu tragis tetapi "kesalahan yang jujur."

Kajian oleh Kepala Komando Pusat Jenderal Kenneth McKenzie Jr. dan Kepala Komando Operasi Khusus Jenderal Richard Clarke memanfaatkan laporan Said tersebut dan rekomendasi rinci tentang prosedur untuk serangan pesawat tak berawak di masa depan. Namun, kajian itu tidak meminta siapa pun untuk dihukum karena kesalahan itu.

"Apa yang kami lihat di sini adalah gangguan dalam proses, dalam pelaksanaan dan peristiwa prosedural, bukan akibat kelalaian, bukan akibat kesalahan, bukan akibat kepemimpinan yang buruk," kata Kirby.

"Jika Austin percaya... bahwa akuntabilitas diperlukan, dia pasti akan mendukung upaya semacam itu," tambah Kirby.

Serangan itu menewaskan Zemari Ahmadi, seorang karyawan Nutrition and Education International (NEI) yang berbasis di AS, dan sembilan anggota keluarganya.

Bulan lalu, pendiri dan presiden NEI Steve Kwon menyebut penyelidikan Pentagon atas insiden tersebut "sangat mengecewakan dan tidak memadai."

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads