China telah melaporkan kasus pertama varian baru virus Corona, Omicron yang menyebar cepat.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (14/12/2021), menurut surat kabar Tianjin Daily, pihak berwenang di kota utara Tianjin mengkonfirmasi kasus tersebut pada seorang individu yang memasuki negara itu dari lokasi luar negeri yang dirahasiakan.
Disebutkan bahwa pasien tanpa gejala tersebut dites COVID-19 dan hasilnya positif pada hari Kamis (9/12) sebelum tes lebih lanjut "mengkonfirmasi deteksi varian Omicron". Ditambahkan bahwa pasien tersebut dirawat dalam isolasi di rumah sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara berpenduduk terpadat di dunia ini sangat waspada terhadap potensi wabah saat bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin Beijing pada bulan Februari 2022 mendatang.
Badan pengendalian penyakit yang berafiliasi dengan Dewan Negara - kabinet China - telah memerintahkan protokol virus yang lebih kuat di kota-kota pelabuhan seperti Tianjin, yang terletak sekitar 140 kilometer (87 mil) dari ibu kota Beijing.
China berhasil menekan pertambahan kasus baru infeksi Corona melalui kombinasi pembatasan perbatasan yang ketat, pengujian massal, dan penguncian (lockdown) yang ditargetkan.
Menurut data dari Komisi Kesehatan Nasional, negara ini mencatat 101 kasus baru COVID-19 pada hari Senin (13/12), termasuk 21 kasus infeksi impor.
Simak Video 'China Jaga Ketat Kota Pelabuhan Imbas Ancaman Varian Omicron':
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Delta, tapi menyebabkan gejala yang tidak terlalu parah.
"Varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Delta di tempat dengan kasus Delta tinggi seperti di Inggris," kata WHO dalam hasil risetnya, dikutip dari Euronews.com, Senin (13/12/2021).
Dalam hasil penelitian tersebut juga disebutkan, lantaran adanya perubahan protein dalam varian Omicron, memungkinkan vaksin akan kurang efektif.
Penelitian yang dirilis oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris pada Jumat (10/12/2021) juga menemukan, vaksinasi dua dosis penuh kurang efektif terhadap varian Omicron dibanding dengan varian asli COVID-19 ataupun varian Delta.
Meski demikian, WHO mengatakan bahwa data yang ada saat ini masih kurang. Mereka pun belum bisa memastikan tingkat penularan Omicron tinggi karena lebih mudah menembus respon imun atau karena memang lebih cepat menular.