Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, menghadapi tuduhan baru soal pelanggaran pembatasan virus Corona (COVID-19). Tuduhan itu mencuat setelah beredar sebuah foto yang menunjukkan PM Johnson menghadiri acara Natal tahun lalu, saat lockdown membatasi acara perkumpulan sosial.
Seperti dilansir AFP, Senin (13/12/2021), PM Johnson menghadapi rentetan kritikan dan seruan untuk mengundurkan diri terkait tuduhan digelarnya pesta Natal di kantor PM Inggris di Downing Street, London, pada 18 Desember 2020.
Dia berulang kali menyatakan dirinya meyakini bahwa perkumpulan mematuhi pembatasan social distancing yang saat itu berlaku dan telah memerintahkan penyelidikan internal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun media lokal, Sunday Mirror, mempublikasikan sebuah foto PM Johnson yang disebut diambil tiga hari sebelum pesta itu digelar, di mana dia menghadiri 'kuis virtual' untuk para stafnya, di mana empat tim beranggotakan enam orang ikut serta untuk menggalang dana amal.
Acara makan siang dan pesta Natal yang merupakan 'aktivitas sosial utama' dilarang pada saat itu, ketika Inggris menghadapi lonjakan kasus Corona varian Delta.
Diketahui bahwa perkumpulan indoor yang dihadiri lebih dari dua orang dari keluarga atau rumah berbeda menjadi aktivitas yang dilarang, yang memupuskan harapan merayakan Natal bersama bagi jutaan warga Inggris.
Laporan Sunday Mirror menyebut PM Johnson hadir selama 15 menit dan menanyakan sejumlah pertanyaan sebagai host kuis dalam satu babak.
Menteri Pendidikan Inggris, Nadhim Zahawi, menepis laporan terbaru itu. "Banyak orang akan memiliki malam kuis via Zoom yang sama di seluruh negeri," ujar Zahawi kepada televisi Sky News.
Namun, Partai Buruh yang merupakan oposisi utama menyatakan foto itu menunjukkan PM Johnson telah memimpin 'budaya mengabaikan aturan di pusat pemerintahan'.
Jajak pendapat terbaru Opinium untuk The Observer menempatkan Partai Buruh di posisi sembilan poin di atas Partai Konservatif yang menaungi PM Johnson. Jajak pendapat itu juga menunjukkan bahwa 57 persen warga menyerukan PM Johnson untuk mengundurkan diri -- naik sembilan poin dibandingkan dua pekan lalu.