Amerika Serikat (AS) melayangkan ancaman ke Rusia. Negeri Paman Sam itu bersumpah akan meningkatkan kehadiran militernya di kawasan Eropa Timur jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina.
Dugaan adanya invasi Rusia dalam skala besar itu sebelumnya diungkap pemerintah Ukraina. Rusia disinyalir akan melakukan serangan melalui perbatasan Belarus.
Tahun 2014 lalu, Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina dan sejak saat itu mendorong separatis pro-Moskow yang terlibat konflik di Ukraina bagian timur. Konflik itu dilaporkan telah menewaskan lebih dari 13 ribu orang sejauh ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia telah mengerahkan 100.000 tentaranya dalam beberapa pekan terakhir ke perbatasan dengan Ukraina. Kepala intelijen militer Ukraina memperkirakan Rusia tengah mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari mendatang. Invasi itu diperkirakan akan menimbulkan kerugian politik, ekonomi dan korban jiwa.
"Waktu yang paling mungkin untuk mencapai kesiapan eskalasi adalah akhir Januari (tahun depan)," cetus Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksiy Reznikov dalam pernyataannya.
Rencana invasi Rusia ke Ukraina itu juga disampaikan seorang pejabat pemerintahan AS ke The Washington Post. Pejabat itu menyebut Rusia tengah mengatur serangan multi-front ke Ukraina yang melibatkan ratusan ribu tentara sesegera mungkin pada tahun depan.
"(Rencana Moskow) Melibatkan pergerakan ekstensif 100 batalion kelompok taktis dengan perkiraan 175.000 personel, beserta dengan armor, artileri dan perlengkapan," kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu, dilansir dari AFP, Sabtu (4/12).
Menurut laporan The Washington Post, pasukan militer Rusia kini berkumpul di empat titik berbeda, dengan 50 kelompok taktis medan tempur dikerahkan sebagai tambahan untuk pengerahan tank dan artileri. Laporan The Washington Post itu didasarkan pada dokumen intelijen AS yang sudah tidak dirahasiakan.
Dengan mengutip sejumlah sumber, The Washington Post menyebut pergerakan dari dan ke perbatasan dimaksudkan membuat gerakan taktis menjadi samar dan memicu ketidakpastian situasi.
Biden ancam Rusia jika berniat invasi Ukraina. Simak di halaman selanjutnya.
Biden Sumpah Cegah Invasi Rusia
Menanggapi sinyalir invasi Rusia itu, Presiden AS Joe Biden pun janji akan memberikan dukungan kepada Ukraina. Sama seperti dukungan AS ketika Ukraina mengalami kelaparan massal tahun 1930-an yang menewaskan jutaan orang dalam peristiwa "Holodomor."
Biden menyatakan dirinya akan membuatnya 'sangat, sangat sulit' bagi Rusia untuk melancarkan invasi apapun terhadap Ukraina. Biden menyatakan dirinya tengah mempersiapkan kebijakan baru untuk menghentikan rencana Rusia menginvasi Ukraina.
Biden dan Presiden Vladimir Putin akan melakukan panggilan video untuk membahas ketegangan yang meningkat ini. Berbicara kepada wartawan di Washington DC, Biden menyatakan dirinya tengah menyusun 'serangkaian inisiatif yang paling komprehensif dan bermakna untuk membuatnya sangat, sangat sulit bagi Tuan Putin untuk terus maju dan melakukan apa yang dikhawatirkan orang-orang akan dia lakukan'.
Biden Ancam Tingkatkan Militer di Eropa Timur
Biden juga bersumpah akan meningkatkan kehadiran militernya di kawasan Eropa Timur jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina. AS juga menyatakan bertekad memicu 'kerugian ekonomi parah' bagi Rusia.
Peringatan yang dilontarkan AS itu dinilai akan memberikan pertaruhan tinggi bagi pembicaraan yang akan digelar via video conference antara Biden dan Putin hari ini.
Menurut pejabat senior AS itu, Gedung Putih tidak tahu apakah Putin telah mengambil keputusan untuk mengerahkan pasukan militernya ke Ukraina. Gedung Putih juga disebut menahan diri untuk tidak melontarkan ancaman intervensi langsung dari pasukan militer AS jika Putin memutuskan demikian.
Baca juga: AS Bersumpah Akan Cegah Rusia Invasi Ukraina |
Namun, sebut pejabat senior AS itu, Biden akan memperjelas bahwa 'akan ada harga yang tulus dan bermakna dan abadi yang harus dibayar untuk memilih maju jika (Rusia) memilih untuk melakukan eskalasi militer'.
Ditambahkan pejabat senior AS itu bahwa AS dan sekutu-sekutunya di Eropa bersiap mengambil 'langkah balasan ekonomi yang substansial ... yang akan memberikan kerugian ekonomi yang signifikan dan parah bagi perekonomian Rusia' jika negara itu menyerang Ukraina.
Selain itu, menurut pejabat senior AS itu, Biden juga akan memperjelas bahwa jika Putin 'bergerak masuk, akan ada permintaan yang meningkat dari sekutu-sekutu sayap timur dan respons positif dari Amerika Serikat untuk pasukan tambahan dan kemampuan dan latihan'.
Rusia membantah akan menginvasi Ukraina. Simak di halaman selanjutnya.
Rusia Bantah
Rusia membantah rencana invasi ke Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menuding negara-negara Barat sebagai penyebab meningkatnya konflik di perbatasan Ukraina dan Rusia. Putin menuduh situasi konflik meningkat setelah kehadiran negara lain di laut hitam hingga pesawat pengebom negara lain di dekat perbatasan Rusia.
Dilansir AFP, Jumat (19/11), Putin menyampaikan tudingannya setelah Amerika Serikat menuduh Rusia membangun pasukan di dekat perbatasan Ukraina. Padahal mereka, kata Putin, yang justru selama berhari-hari meningkatkan kewaspadaan atas aktivitas militer Rusia di dekat Ukraina.
"Mitra Barat (kami) meningkatkan situasi dengan memasok Kiev dengan senjata modern yang mematikan dan melakukan manuver provokatif di Laut Hitam," kata Putin dalam pidatonya kepada kementerian luar negeri.
Dia bahkan menyebut mengklaim sejumlah pesawat pengebom negara lain berada dekat dengan Rusia. Dia menyebut mereka hanya berjarak 20 kilometer dari perbatasan Rusia. "20 km dari perbatasan kami," imbuhnya.
Tak hanya itu, Pemimpin Rusia itu mengatakan Moskow telah "terus-menerus meningkatkan kekhawatiran tentang ini" tetapi "semua peringatan dan pembicaraan kami tentang garis merah diperlakukan secara dangkal".
Tak hanya itu, Putin juga menyuarakan keprihatinan tentang latihan angkatan laut Amerika Serikat di Laut Hitam selama berhari-hari. Dia juga mengatakan kepada mitranya dari Prancis minggu ini bahwa itu tindakan "provokatif" dan mengarah pada "meningkatnya ketegangan" antara Moskow dan NATO.
Dia juga mengecam Ukraina karena menggunakan pesawat tak berawak buatan Turki untuk melawan pemberontak pro-Moskow.