Paus Fransiskus berterima kasih kepada para wartawan karena membantu membongkar skandal pelecehan seksual pastor yang mengguncang Gereja Katolik Roma, yang awal-awalnya berusaha ditutupi.
Seperti dilansir Reuters, Senin (15/11/2021), Paus Fransiskus memuji apa yang disebutnya sebagai 'misi' jurnalisme. Dikatakannya, penting bagi para wartawan untuk keluar dari newsroom mereka, dan menemukan apa yang terjadi di dunia luar untuk menangkal informasi keliru yang seringkali ditemukan secara online.
"Terima kasih atas apa yang Anda katakan kepada kami soal apa yang salah dengan Gereja, untuk membantu kami untuk tidak diabaikan, dan untuk suara yang Anda berikan kepada para korban pelecehan," ucap Paus Fransiskus pada Sabtu (13/10) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan Paus Fransiskus saat berbicara dalam seremoni menghormati dua koresponden veteran, Philip Pullella dari Reuters dan Valentina Alazraki dari Noticieros Televisa dari Meksiko, untuk karier jangka panjang mereka melakukan peliputan di Vatikan.
Skandal pelecehan seksual pastor menjadi pemberitaan utama tahun 2002, ketika surat kabar Amerika Serikat (AS), Boston Globe, menulis serangkaian artikel yang mengungkap pola pelecehan seksual anak oleh pastor dan rohaniwan gereja dan budaya menutup-nutupi secara luas di dalam Gereja.
Sejak saat itu, berbagai skandal mengguncang Gereja di banyak negara, yang terkini di Prancis saat penyelidikan besar menemukan pada Oktober lalu bahwa para rohaniwan Prancis melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200.000 anak dalam 70 tahun terakhir.
Para pengkritik menuduh Paus Fransiskus merespons terlalu lamban skandal tersebut, setelah dia mulai menjabat tahun 2013. Paus Fransiskus juga dituduh lebih mempercayai kata-kata rohaniwan gereja dibandingkan keterangan para korban.
Namun, tahun 2018, Paus Fransiskus berusaha mengatasi kesalahan masa lalu, dengan secara publik mengakui dirinya salah soal sebuah kasus di Chile dan menjanjikan bahwa Gereja tidak akan pernah lagi berupaya menutup-nutupi pelanggaran semacam itu.
Tahun 2019, Paus Fransiskus menyerukan 'pertempuran habis-habisan' melawan kejahatan yang harus 'dihapus dari muka Bumi'.
Pada Sabtu (13/11) waktu setempat, Paus Fransiskus menyatakan para wartawan memiliki misi 'untuk menjelaskan ke dunia, membuatnya tidak terlalu kabur, untuk membuat mereka yang hidup di dalamnya tidak terlalu takut'.
Untuk melakukan itu, Paus Fransiskus mengatakan wartawan perlu 'melarikan diri dari tirani' untuk selalu online.
"Tidak semuanya bisa diceritakan melalui email, telepon atau layar," cetusnya.