Jaksa saat ini tengah melakukan penyelidikan atas dugaan pemerkosaan di Istana Kepresidenan Elysee, Paris. Peristiwa pemerkosaan terjadi pada seorang tentara wanita saat pesta perpisahan seorang jenderal dan dua orang lainnya di Istana Elsyee beberapa bulan lalu.
Sumber Peradilan menyebut pada Jumat (12/11) lalu, tentara wanita itu bekerja sebagai staf pertahanan Presiden Emmanuel Macron. Dia diperkosa oleh sesama tentara ketika pesta terjadi.
Kabar tersebut pertama kali dilaporkan oleh surat kabar harian Prancis bernama Liberation. Dalam tulisannya, staf tersebut diperkosa di tempat staf militer pribadi presiden di Rue de l'Elysee, jalan yang berdekatan dengan kantor presiden, pada 1 Juli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentara wanita yang tidak disebutkan namanya itu langsung melaporkannya ke kantor polisi terdekat segera setelah pemerkosaan terjadi," demikian dilaporkan Liberation, seperti dilansir Reuters, Minggu (14/11/2021).
Sebuah sumber peradilan mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa penyelidikan atas tuduhan pemerkosaan tersebut sudah dibuka pada 12 Juli. Disebutkan pula Presiden Emmanuel Macron sempat hadir di pesta tersebut dan meninggalkan pesta sebelum insiden pemerkosaan terjadi.
"Tidak ada dalam keterangan Liberation yang menyalahkan pihak Macron. Pasalnya, Presiden telah meninggalkan pesta perpisahan di Istana Elysee ketika dugaan pemerkosaan terjadi," kata surat kabar itu.
Penyelidikan Telah Dilakukan
Sementara itu, sumber peradilan mengkonfirmasi bahwa terduga pelaku pemerkosaan telah dinyatakan sebagai saksi pembantu usai diinterogasi oleh jaksa pada 12 Juli lalu. Dengan demikian saat ini pelaku masih belum didakwa secara resmi lantaran interogasi masih terus dilakukan.
Menurut Liberation, kedua tentara itu adalah bagian dari kelompok yang terus minum-minum setelah Macron meninggalkan resepsi sekitar pukul 10 malam waktu setempat, meskipun ada kewajiban menahan diri bagi para pegawai negeri yang bekerja di Elysee.
Kedua tentara itu adalah rekan kerja yang ditempatkan di kantor staf umum dengan keamanan tinggi di Istana Elysee, yang bertanggung jawab atas masalah sensitif pemerintah, yang kebanyakan bersifat rahasia atau sangat rahasia.
Disebutkan, tentara wanita itu melapor ke kantor polisi terdekat soal pemerkosaan yang dialaminya selang beberapa jam setelah acara di Istana Elysee terjadi.
Simak juga 'Waligereja Prancis soal Pelecehan Seks Anak: Hukum di Atas Pengakuan Dosa':
Tanggapan Elysee
Seorang pejabat Kepresidenan Prancis mengatakan pihak kantor Kepresidenan tidak pernah mengomentari penyelidikan yudisial yang sedang berlangsung.
Namun, pejabat tersebut menambahkan bahwa segera setelah tindakan yang diduga menjadi perhatian pihak berwenang itu, "tindakan segera diambil", untuk mendukung korban. Sementara 'orang yang dituduh' ditugaskan menjauh dari Elysee.
"Kantor Kepresidenan akan menunggu penyelidikan yudisial sebelum memutuskan tindakan lebih lanjut," kata pejabat itu.
Tidak hanya sekali kantor Macron jadi sorotan. Sebelumnya, kantor Kepresidenan jadi pemberitaan setelah terungkap bahwa salah satu pengawal Macron menyerang para demonstran saat menyamar sebagai petugas polisi selama protes May Day pada 2018.
Pekan lalu pengawal Macron tersebut, Alexandre Benalla, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara atas insiden tersebut. Benalla dapat menghindari sel penjara dengan konsekuensi harus mengenakan gelang elektronik selama satu tahun.
"Sejak kasus Benalla, Patrick Strzoda, kepala staf Emmanuel Macron, ingin menanggapi dengan tegas dan cepat segera setelah ada perilaku yang tidak pantas oleh siapa pun yang bekerja di Elysee," kata sumber kepresidenan.