Seorang mantan marinir Amerika Serikat (AS) yang menjalani hukuman penjara selama sembilan tahun di Rusia, melakukan aksi mogok makan. Pengacaranya mengatakan, mogok makan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas dugaan pelanggaran hak-haknya.
Dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (10/11/2021), warga negara AS, Trevor Reed, ditahan di sebuah penjara di Republik Mordovia, Rusia, sekitar 500 kilometer sebelah tenggara Moskow, setelah dinyatakan bersalah atas penyerangan terhadap para petugas kepolisian di ibu kota Rusia tersebut, saat dalam keadaan mabuk pada tahun 2019 lalu.
Pengacara Reed, Sergei Nikitenkov, mengatakan bahwa kliennya mulai mogok makan pada 4 November karena adanya pelanggaran berulang terhadap hak-haknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nikitenkov menambahkan bahwa staf penjara telah menempatkan kliennya di sel isolasi beberapa kali karena diduga melanggar peraturan penjara, yang mana dibantah oleh Reed.
Nikitenkov mengatakan, staf penjara juga menahan surat dari warga AS itu dan tidak membiarkan Reed "menulis dalam bahasanya sendiri".
Dalam sebuah unggahan di Twitter, keluarga Reed mengatakan pihaknya telah diberitahu terkait aksi mogok makan yang dilakukan untuk memprotes "pelanggaran terhadap hak asasi manusianya".
"Reed ditahan di sebuah ruangan kecil dengan lubang di lantai sebagai toilet," kata pihak keluarga.
Keluarga Reed juga menambahkan bahwa pihak berwenang tidak mengizinkan kedutaan AS di Moskow untuk memantau kesehatan mantan marinir AS itu. Keluarga pun meminta otoritas Amerika Serikat untuk melakukan segala upaya guna membawa pulang Reed.
"Kami ingat tanggapan kuat dari pemerintahan ini ketika seorang pembangkang Rusia melakukan mogok makan beberapa bulan lalu dan berharap putra kami menerima perhatian yang sama," tutur keluarga Reed merujuk pada kritikus Rusia yang dipenjara, Alexei Navalny, seraya meminta pihak berwenang AS untuk membawa pulang putranya.
Pihak Kremlin pada Selasa (9/11) waktu setempat tidak memberikan komentar apa pun terkait kasus tersebut.