Iran menyampaikan kecamannya untuk serangan drone yang menargetkan Perdana Menteri (PM) Irak, Mustafa al-Kadhemi. Otoritas Iran menyerukan 'kewaspadaan' untuk semua pihak di Irak, negara tetangganya, usai serangan tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (8/11/2021), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Said Khatibzadeh, langsung menyalahkan Amerika Serikat (AS), yang melakukan invasi militer tahun 2003 ke Irak dan menumbangkan diktator Saddam Hussein, yang kemudian memicu konflik sektarian selama bertahun-tahun.
"Insiden semacam itu menjadi kepentingan untuk mereka yang telah melanggar stabilitas, keamanan, kemerdekaan dan integritas wilayah Irak selama 18 tahun terakhir," sebut Khatibzadeh dalam pernyataannya pada Minggu (7/11) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka telah berusaha untuk mencapai tujuan regional yang jahat dengan menciptakan kelompok teroris yang berusaha memicu penghasutan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Khatibzadeh mendorong adanya 'kewaspadaan untuk menggagalkan plot yang ditujukan terhadap keamanan dan pembangunan' di Irak.
Serangan drone yang membawa muatan peledak itu mengenai kediaman PM Kadhemi di Baghdad pada Minggu (7/11) dini hari. Serangan itu menjadi yang pertama menargetkan kediaman PM Irak sejak dia menjabat pada Mei 2020.
PM Kadhemi dilaporkan tidak mengalami luka-luka sedikitpun. Kantor PM Irak mengecam serangan itu sebagai 'percobaan pembunuhan yang gagal'. Sementara Presiden Irak, Barham Salih, menyebutnya sebagai upaya 'kudeta terhadap sistem konstitusional'.
Belum ada kelompok maupun pihak tertentu yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone itu. Serangan itu disebut terjadi saat partai-partai politik Irak tengah berunding untuk membentuk koalisi parlemen berdasarkan hasil pemilu legislatif pada 10 Oktober lalu.