Khawatirnya Ilmuwan Lautan Bakal Rendam Daratan Asia

Round-Up

Khawatirnya Ilmuwan Lautan Bakal Rendam Daratan Asia

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 06 Nov 2021 22:05 WIB
KANGERLUSSUAQ, GREENLAND - SEPTEMBER 09:  A tourist photographs near meltwater running past the retreating Russell Glacier on September 09, 2021 near Kangerlussuaq, Greenland. 2021 will mark one of the biggest ice melt years for Greenland in recorded history. Researchers from Denmark estimated that in July of this year enough ice melted on the Greenland Ice Sheet to cover the entire state of Florida with two inches of water. According to NASA, 5 trillion tons of ice have melted in Greenland over approximately the past 15 years, enough to increase global sea level by nearly an inch. The observations come on the heels of the recent United Nations report on global warming which stated that accelerating climate change is driving an increase in extreme weather events. (Photo by Mario Tama/Getty Images)
Ilustrasi efek pemanasan global bikin es mencair (Foto: Getty Images/Mario Tama)
Jakarta -

Para peneliti mengungkapkan kekhawatirannya soal kenaikan air laut akibat pemanasan global. Lautan diprediksi meluas hingga merendam sejumlah kota di daratan Asia.

Dilansir dari AFP, Sabtu (6/11/2021), para peneliti memperingatkan kenaikan air laut tetap terjadi meski manusia bisa membatasi kenaikan suhu global 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industri. Kenaikan air laut pada kondisi itu diprediksi terjadi selama beberapa abad ke depan dan menggenangi kota-kota yang menjadi tempat tinggal setengah miliar orang.

Prediksi itu disampaikan dalam laporan para peneliti Environmental Research Letters. Laporan itu menyebut jika suhu global naik 2 derajat Celsius, maka 200 juta penduduk perkotaan lainnya akan mendapati tempat tinggal mereka terendam air laut hingga setinggi lutut. Wilayah mereka juga akan lebih rentan dilanda badai yang menghancurkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan itu, situasi terburuk diperkirakan berpotensi terjadi kawasan Asia yang menjadi lokasi dari sembilan kota besar yang berisiko tinggi. Para peneliti dari Princeton University dan Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman ikut berkontribusi dalam laporan ini.

Para peneliti itu menyebut daratan yang menjadi rumah bagi separuh total populasi Bangladesh dan Vietnam diprediksi berada di bawah garis pasang tinggi untuk jangka panjang. Kondisi itu bakal terjadi jika suhu global naik 2 derajat Celsius. Area-area dengan pembangunan pesat di China, India dan Indonesia juga diprediksi akan menghadapi kehancuran.

ADVERTISEMENT

Sebagian besar proyeksi kenaikan permukaan air laut dan ancaman yang ditimbulkan pada kota-kota tepi pantai akan berlangsung hingga akhir abad ini. Kenaikan permukaan air laut diprediksi mencapai setengah meter, namun kondisi itu bisa lebih rendah atau lebih tinggi tergantung pada kondisi polusi karbon.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Menurut laporan para peneliti itu, lautan akan terus meluas selama ratusan tahun setelah tahun 2100 yang dipicu oleh pencairan lapisan es, panas yang terjebak di lautan dan dinamika air yang menghangat. Kondisi itu diprediksi tetap terjadi tidak peduli seberapa agresifnya emisi gas kaca diturunkan.

"Sekitar 5 persen dari total populasi dunia saat ini tinggal di daratan yang ada di bawah level air pasang yang diperkirakan akan naik berdasarkan karbon dioksida yang ditambahkan oleh aktivitas manusia ke dalam atmosfer," sebut CEO dan kepala peneliti Climate Central, Ben Strauss, yang memimpin penyusunan laporan Environmental Research Letters ini.

Konsentrasi CO2 saat ini disebut mencapai 50 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1800 dan suhu rata-rata permukaan Bumi naik 1,1 derajat Celsius. Strauss mengatakan situasi seperti ini cukup untuk menaikkan permukaan laut nyaris 2 meter dalam waktu dua hingga 10 abad.

Batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius yang disepakati dalam Perjanjian Paris diterjemahkan menjadi hampir tiga meter kenaikan permukaan laut untuk jangka panjang. Hal itu disebut bisa dicegah jika para insinyur menemukan cara dengan cepat menghilangkan CO2 dari atmosfer.

Komitmen untuk mengurangi karbon secara nasional yang diatur dalam Perjanjian Paris tahun 2015, jika tetap dihormati, masih akan membuat Bumi mengalami pemanasan global hingga 2,7 derajat Celsius pada tahun 2100 mendatang. Jika upaya-upaya untuk mengendalikan gas rumah kaca goyah, maka suhu global akan bisa naik hingga 4 derajat Celsius atau lebih di atas level pertengahan abad ke-19.

Pemanasan global sebesar itu diprediksi menaikkan permukaan laut hingga 6-9 meter dalam jangka panjang. Situasi itu akan membuat kota-kota yang kini ditinggali nyaris 1 miliar orang untuk membuat pertahanan besar-besaran terhadap kenaikan permukaan laut di masa mendatang atau membangun kembali di dataran yang lebih tinggi.

Di China misalnya, daratan yang kini ditinggali oleh 200 juta orang akan berada di bawah garis air pasang dalam skenario pemanasan global 3 derajat Celsius. Ancaman itu tidak hanya jangka panjang.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Ketiadaan tembok laut besar diprediksi membuat kota-kota besar di China, yang kini dihuni puluhan juta orang, akan menjadi tidak layak huni dalam kurun waktu 80 tahun.

"Pemanasan 1,5 derajat Celsius masih akan menyebabkan kenaikan permukaan laut yang menghancurkan, namun alternatif dengan suhu lebih panas akan jauh lebih buruk," sebut Strauss.

"Kita berada dalam situasi buruk, tapi tidak pernah terlambat untuk melakukan hal yang lebih baik, dan perbedaan yang kita buat sangat besar," cetusnya.

Para peneliti memperingatkan tingkat pemanasan global yang lebih tinggi bakal membuat bahaya yang lebih tinggi pula. Misalnya, disintegrasi lapisan es yang tidak bisa diubah hingga pelepasan simpanan alami CO2 dan metana di permafrost atau tanah beku abadi.

Strauss mengatakan membatasi pemanasan global serendah mungkin bisa memberikan manusia lebih banyak waktu untuk beradaptasi.

"Hampir dapat dipastikan bahwa permukaan laut akan naik lebih lambat di dunia yang menghangat 1,5 derajat Celsius hingga 2 derajat Celsius," ucapnya.

Halaman 2 dari 3
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads