Kasus positif virus Corona atau COVID-19 di Eropa melonjak lagi. Kondisi tersebut terjadi meski cakupan vaksinasi di Eropa tergolong tinggi.
Dilansir dari AP News, Rabu (3/11/2021), WHO itu mengatakan kasus baru melonjak 6% di Eropa dibandingkan dengan peningkatan 18% pada minggu sebelumnya. Sementara, jumlah infeksi baru mingguan di wilayah lain turun atau tetap sama.
Laporan itu menunjukkan penurunan paling tajam terlihat di Timur Tengah, di mana kasus baru menurun 12%. Sementara di Asia Tenggara dan Afrika terjadi penurunan sebanyak 9%.
Secara keseluruhan, ada 3 juta kasus mingguan baru yang dilaporkan secara global. Jumlah kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia naik 8%, utamanya disumbangkan oleh Asia Tenggara, di mana kematian melonjak 50%.
Tingkat infeksi virus corona tertinggi sejauh ini terjadi di Eropa yang melaporkan sekitar 192 kasus baru per 100.000 orang. Pada peringkat kedua diikuti oleh Amerika, yang memiliki sekitar 72 kasus baru per 100.000 orang.
Republik Ceko, Polandia, dan negara-negara lain di Eropa Tengah dan Timur telah melaporkan lonjakan infeksi baru-baru ini. Peningkatan dalam kasus yang dikonfirmasi di seluruh Eropa sebagian besar terjadi di Inggris, Rusia, Turki dan Rumania.
Lembaga medis Inggris meminta pemerintah kembali mewajibkan tindakan pencegahan infeksi, antara lain pemakaian masker dan menjaga jarak sosial. Namun, pemerintah Inggris bersikeras sistem kesehatan mereka dapat menangani peningkatan kasus.
Beberapa ilmuwan juga khawatir berkurangnya kekebalan dari vaksinasi di seluruh Eropa akan membuat lebih banyak orang jatuh sakit akibat COVID-19 selama musim dingin. Sementara itu, WHO mengecam negara-negara kaya karena meluncurkan program vaksin booster sementara mayoritas negara miskin belum memberi suntikan kepada warga yang paling rentan.
WHO mengatakan, pada pekan lalu, ada sekitar 1 juta suntikan booster yang diberikan setiap hari di negara kaya. Jumlah itu sekitar tiga kali lipat jumlah dosis COVID-19 yang diberikan di negara-negara miskin.
WHO mengatakan Corona varian delta yang lebih menular mendominasi di seluruh dunia dan sebagian besar terus mengesampingkan varian lain. Di mana, lebih dari 99% sampel COVID-19 yang diurutkan oleh database internasional adalah varian delta.
WHO menyebut penyebaran virus Corona varian delta sedikit lebih lambat di beberapa bagian Amerika Selatan. Di mana varian lain, termasuk varian mu, merupakan penyebab sebagian besar kasus di wilayah tersebut.
Eropa Jadi Episenter Corona
Dilansir dari BBC, Jumat (5/11/2021), WHO menyatakan Eropa kembali menjadi episenter pandemi virus Corona. WHO mengatakan hal itu ketika kasus-kasus melonjak di wilayah itu.
Direktur WHO untuk Eropa, Hans Kluge, mengatakan kemungkinan jumlah kematian di wilayah itu bisa mencapai setengah juta jiwa lagi sampai Februari nanti. Dia menyalahkan pemberian vaksin yang tidak mencukupi sebagai faktor penyebab di balik kenaikan angka kasus.
"Kita harus ubah taktik kita, dari bereaksi terhadap lonjakan COVID-19 menjadi mencegahnya sejak awal," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
(haf/haf)