Dr Puthucheary menekankan bahwa angka kematian meningkat dalam dua bulan terakhir karena jumlah kasus keseluruhan juga meningkat. Namun, lanjutnya, Singapura berhasil menjaga angka kematian 'sangat rendah', dengan 99 persen kasus Corona memiliki gejala ringan atau tanpa gejala karena tingginya vaksinasi.
Warga lansia yang belum divaksinasi dan memiliki penyakit bawaan, sebut Dr Puthucheary, memiliki 'risiko yang jauh lebih besar' untuk terkena penyakit parah dan berujung kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendekati 95 persen dari mereka yang meninggal dalam enam bulan terakhir merupakan lansia berusia 60 tahun ke atas. Sekitar 72 persen dari semua kasus yang meninggal belum divaksinasi sebelumnya," tutur Dr Puthucheary.
"Nyaris dari 26 persen sisanya yang telah divaksinasi sepenuhnya menderia penyakit bawaan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kanker dan penyakit jantung, paru-paru atau ginjal. Penyakit bawaan menambah risiko, bahkan jika kondisinya terkontrol dengan baik sebelum pasien menghadapi COVID-19, khususnya jika pasien berusia lanjut," imbuhnya.
Lebih lanjut, Dr Puthucheary menyatakan sistem layanan kesehatan di Singapura saat ini 'tertekan, tapi belum kewalahan'. Situasi ini disebut berbeda dengan situasi tahun lalu saat banyak negara mengalami 'kematian berlebih' dan pasien-pasien terpaksa harus ditolak rumah sakit.
Meskipun tengah berupaya untuk hidup dengan COVID-19, Dr Puthucheary memperingatkan bahwa Singapura 'tidak bisa begitu saja membuka diri' dan berisiko mengalami lonjakan kasus Corona.
"Kita berupaya mencapai titik di mana kombinasi angka vaksinasi tinggi, suntikan booster dan bahkan lebih banyak lagi dari infeksi ringan yang berarti bahwa COVID-19 tidak lagi menyebar sebagai epidemi di Singapura. Dan kita berusaha sampai ke sana tanpa kematian berlebih," ucapnya.
"Dengan kata lain, meskipun kita akan mendapati kematian akibat COVID-19, kita tidak akan lagi melihat lebih banyak kematian daripada yang kita dapati pada tahun normal non-COVID. Hampir setiap negara lainnya yang telah tiba di tujuan itu telah membayar harga tinggi dengan nyawa," tandas Dr Puthucheary.
(nvc/ita)