Kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria-Khorasan (ISIS-K) mengklaim para militannya mendalangi ledakan yang memutuskan aliran listrik dan membuat ibu kota Kabul di Afghanistan gelap gulita.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (23/10/2021), padamnya aliran listrik ke Kabul sejak Kamis (21/10) waktu setempat menjadi tamparan terbaru bagi upaya pemerintahan Taliban dalam menjaga stabilisasi di Afghanistan sekitar dua bulan usai mereka berkuasa kembali.
Dalam pernyataan via channel Telegram mereka, ISIS-K mengklaim militannya telah melancarkan serangan untuk merusak sektor jaringan listrik di Kabul, pekan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentara kekhalifahan meledakkan bom pada pylon (menara daya) listrik di Kabul," klaim ISIS-K dalam pernyataannya.
Ledakan itu mengenai saluran tegangan tinggi yang memasok listrik impor ke Kabul dan beberapa provinsi lainnya di Afghanistan.
Afghanistan diketahui sangat bergantung pada aliran listrik yang diimpor dari negara-negara tetangganya seperti Uzbekistan dan Tajikistan, yang menjadikan aliran listrik lintas negara menjadi target utama pemberontak.
Perusahaan listrik Afghanistan, Breshna, sebelumnya menyebut ledakan menghantam pylon listrik di area Qala Murad Beg, Kabul, hingga memutus jaringan listrik impor dengan daya 220 kV. Dampak ledakan itu, sebut Breshna, aliran listrik ke Kabul dan beberapa provinsi lainnya terputus.
Lihat juga Video: Penampakan Kuburan Massal 63 Korban Bom Masjid di Afghanistan
Listrik dilaporkan mulai padam di Kabul yang ditinggali lebih dari 4,5 juta orang pada Kamis (21/10) sore, sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Generator pribadi banyak digunakan di pusat-pusat bisnis dan di area permukiman kelas atas.
Dalam pernyataannya, Breshna menyatakan telah mengirimkan teknisi ke lokasi ledakan dan akan mulai melakukan perbaikan koneksi begitu situasinya memungkinkan.
Sementara itu, Taliban telah berjanji akan memerangi ISIS-K yang merajalela di Afghanistan, namun kelompok militan itu terus melakukan berbagai serangan mematikan. Awal pekan ini, ISIS-K mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom bunuh diri di sebuah masjid Syiah di Kandahar pada 15 Oktober lalu yang menewaskan 60 orang.