Junta Myanmar telah menangkap kembali lebih dari 100 pengunjuk rasa anti-kudeta yang telah dibebaskan melalui amnesti baru-baru ini. Hal ini diungkapkan oleh kelompok pemantau lokal yang mendokumentasikan pembunuhan dan penangkapan sejak kudeta militer.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada Februari lalu. Seperti dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (22/10/2021), menurut kelompok nirlaba Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 1.100 tewas dalam berbagai aksi demo anti-kudeta yang terjadi sejak kudeta dan lebih dari 8.000 orang ditangkap.
Pada Senin (18/10), junta militer mengumumkan akan membebaskan lebih dari 5.000 orang demonstran anti-kudeta selama festival Buddha, Thadingyut yang berlangsung tiga hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah sebenarnya dari mereka yang dibebaskan di seluruh negeri sulit untuk diverifikasi, dan banyak yang dibebaskan hanya setelah menandatangani dokumen dengan berjanji untuk tidak melakukan pelanggaran kembali.
Menurut AAPP, setidaknya 110 dari mereka yang dibebaskan tersebut telah ditangkap kembali.
"Beberapa ... ditangkap kembali segera setelah mereka tiba di rumah," kata AAPP dalam sebuah pernyataan pada Kamis (21/10).
"Beberapa lainnya diberitahu bahwa mereka ada dalam daftar yang dibebaskan, dibawa ke pintu penjara, hanya untuk dibawa kembali ke penjara dengan tuduhan tambahan," imbuh kelompok tersebut.
Lihat juga video '9 Menlu ASEAN Tak Beri Pengakuan Status Junta Myanmar':