Presiden Ekuador, Guillermo Lasso pada hari Senin (18/10) waktu setempat mengumumkan keadaan darurat di negara tersebut, yang tengah menghadapi lonjakan kekerasan terkait narkoba. Lasso memerintahkan mobilisasi polisi dan tentara di jalanan.
"Dimulai segera, Angkatan Bersenjata dan polisi kita akan dilengkapi dengan kekuatan di jalanan karena kami menetapkan keadaan darurat di seluruh wilayah nasional," kata Lasso dalam pidato yang disiarkan oleh saluran pemerintah Ekuador, seperti dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (19/10/2021).
"Di jalan-jalan Ekuador hanya ada satu musuh: perdagangan narkoba," ucap pemimpin sayap kanan tersebut, seraya menambahkan bahwa "dalam beberapa tahun terakhir Ekuador telah berubah dari negara penyelundup narkoba menjadi negara yang juga mengonsumsi narkoba."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman tersebut dikeluarkan pada malam kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken, ke Ekuador dan Kolombia dalam upaya untuk mendukung dan memperluas hubungan dengan negara-negara demokrasi Amerika Latin itu.
Blinken akan berbicara dengan Lasso terkait kerja sama di bidang keamanan, pertahanan, dan perdagangan.
Kekerasan telah meningkat secara dramatis di Ekuador dalam beberapa bulan terakhir. Pemerintah menyatakan bahwa antara Januari dan Oktober tahun ini, negara tersebut telah mencatat hampir 1.900 kasus pembunuhan. Angka tersebut naik dibandingkan 1.400 kasus pembunuhan sepanjang tahun 2020.
Keadaan darurat yang diberlakukan selama 60 hari ini memungkinkan pemerintah untuk memobilisasi 3.600 tentara dan polisi untuk berpatroli di 65 penjara di seluruh negara. Lasso mengatakan bahwa polisi juga akan berpatroli di jalan-jalan.
Lihat juga Video: 24 Orang Tewas dalam Kerusuhan di Penjara Ekuador