Jurnalis asal Filipina, Maria Ressa dan jurnalis asal Rusia, Dmitry Muratov, memenangkan Nobel Perdamaian untuk tahun 2021. Keduanya dipuji atas perjuangan berani mereka dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia.
"Ressa dan Muratov menerima Nobel Perdamaian untuk perjuangan berani mereka terkait kebebasan berekspresi di Filipina dan Rusia," ucap Ketua Komisi Nobel Norwegia, Berit Reiss-Andersen, dalam konferensi pers, seperti dilansir Reuters dan AFP, Jumat (8/10/2021).
"Pada saat yang sama, mereka adalah perwakilan dari semua jurnalis yang juga membela cita-cita ini di dunia di mana demokrasi dan kebebasan pers menghadapi kondisi yang semakin buruk," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nobel Perdamaian akan diberikan kepada keduanya pada 10 Desember mendatang. Tanggal tersebut merupakan peringatan meninggalkan industrialis Swedia, Alfred Nobel, yang menjadi pendiri program ini dalam wasiatnya tahun 1895 silam.
Ressa (58) yang merupakan co-founder media digital Rappler yang fokus pada jurnalisme investigasi dan didirikan tahun 2012. Dia masih memimpin media ini.
"(Rappler) Memfokuskan perhatian kritis pada kampanye anti-narkoba (Presiden Rodrigo) Duterte yang kontroversial dan mematikan," sebut Reiss-Andersen.
Sementara Muratov (59) diketahui membela kebebasan berbicara di Rusia selama bertahun-tahun, di bawah kondisi yang semakin menantang.
Tahun 1993, dia menjadi salah satu pendiri surat kabar independen Novaya Gazeta, yang disebut Komisi Nobel Norwegia, memiliki 'sikap mendasar yang kritis terhadap kekuasaan'.
Muratov menjadi pemimpin redaksi Novaya Gazeta sejak tahun 1995.
"Tanpa kebebasan berekspresi dan kebebasan pers, akan sulit untuk mempromosikan persaudaraan antar bangsa, pelucutan senjata dan mewujudkan dunia yang lebih baik untuk berhasil pada era kita," sebut Reiss-Andersen.