New Start Treaty diketahui membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang boleh dimiliki oleh AS dan Rusia, dan membiarkannya berakhir tanpa perpanjangan bisa memicu pembatalan pengurangan hulu ledak nuklir untuk kedua negara.
Trump menginginkan kesepakatan baru yang menyertakan China, yang hanya memiliki sebagian kecil hulu ledak jika dibandingkan AS dan Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biden yang menjabat sejak 20 Januari lalu, dengan segera mengajukan perpanjangan lima tahun untuk New Start Treaty, yang dengan cepat disepakati oleh Presiden Vladimir Putin. Kesepakatan itu membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang bisa digunakan AS dan Rusia, yakni hanya 1.550 unit.
Pekan lalu, diplomat AS dan Rusia menggelar pembicaraan secara tertutup di Jenewa, Swiss untuk memulai pembahasan soal perpanjangan New Start Treaty juga soal kontrol senjata konvensional. Seorang pejabat AS, yang enggan disebut namanya, menyebut pembicaraan itu berlangsung 'produktif'.
Sementara itu, menurut penghitungan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm pada Januari 2021, AS memiliki 5.550 hulu ledak nuklir dibandingkan Rusia dengan 6.255 hulu ledak nuklir, kemudian China dengan 350 hulu ledak nuklir, Inggris dengan 225 hulu ledak nuklir dan Prancis dengan 290 hulu ledak nuklir.
Penghitungan itu menyertakan hulu ledak yang sudah tidak digunakan atau 'dipensiunkan', yang tidak dihitung dalam data Departemen Luar Negeri AS.
Masih menurut institut tersebut, jumlah hulu ledak nuklir gabungan dari India, Pakistan, Israel dan Korea Utara (Korut) mencapai sekitar 460 unit.
(nvc/ita)