Satu tentara Prancis gugur dalam bentrok dengan kelompok bersenjata di Mali. Merespons hal ini, Prancis menegaskan pihaknya bertekad untuk mengalahkan kelompok teroris.
Dilansir AFP, Sabtu (25/9/2021) Kepresidenan Prancis dalam sebuah pernyataan mengatakan "emosi yang sangat kuat" terhadap berita pembunuhan pada Jumat pagi. Prancis mengatakan hal itu "menegaskan kembali tekad Prancis dalam perangnya melawan terorisme,".
Kematian satu prajurit Prancis itu menjadikan 52 jumlah kematian terhadap pasukan Prancis yang bertugas di wilayah Sahel sejak 2013.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan terbaru terjadi di tengah hubungan yang semakin tegang antara Paris dan Bamako. Di mana junta militer yang berkuasa berencana menyewa tentara bayaran Rusia untuk membantu memerangi gerilyawan jihad. Hal itu membuat Prancis dan sekutu Uni Eropa khawatir.
Menteri luar negeri dan pertahanan Prancis minggu ini memperingatkan Bamako bahwa rencananya untuk mempekerjakan seribu paramiliter yang disebut kelompok Wagner Rusia tidak sesuai dengan mempertahankan pasukan Prancis di negara itu.
Pada bulan Januari, dua tentara, salah satunya seorang wanita, tewas dalam kendaraan lapis baja ringan mereka akibat "alat peledak improvisasi".
Lima hari sebelum insiden itu, tiga tentara Prancis lainnya juga tewas akibat bom darurat. Kedua serangan itu diklaim oleh Kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda untuk Dukungan Islam dan Muslim (GSIM).
Lihat juga video 'Kesal Proyek Kapal Selam Batal, Prancis Tarik Dubes AS-Australia':