Pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi, yang saling bermusuhan, dilaporkan mengalami 'kemajuan serius' dalam membahas isu keamanan di kawasan Teluk. Kedua negara diketahui menggelar pembicaraan khusus sejak April lalu.
Seperti dilansir AFP, Jumat (24/9/2021), perkembangan terbaru dalam pembicaraan Iran dan Saudi itu diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, pekan ini.
"Kemajuan serius telah dicapai terkait masalah keamanan di Teluk," sebut Khtaibzadeh seperti dikutip kantor berita IRNA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iran dan Saudi yang selalu berada di kubu bertentangan dalam berbagai konflik di kawasan ini, telah terlibat pembicaraan sejak April lalu dengan tujuan meningkatkan hubungan kedua negara. Pembicaraan antara Iran dan Saudi itu menjadi yang pertama kali sejak pemutusan hubungan diplomatik tahun 2016 lalu.
Pembicaraan antara kedua negara ini dimulai di bawah mantan Presiden Hassan Rouhani yang beraliran moderat dan terus berlanjut sejak penggantinya, Ebrahim Raisi, yang beraliran ultrakonservatif, menjabat sejak Agustus lalu.
Berbicara kepada wartawan di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Khatibzadeh menyatakan pembicaraan kedua negara berjalan 'baik'.
Dia menyerukan negara-negara lainnya untuk menyelesaikan masalah regional di antara mereka sendiri, tanpa campur tangan asing.
Pada Rabu (22/9) waktu setempat, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menyampaikan harapan agar pembicaraan dengan Iran akan 'mengarah pada hasil nyata untuk membangun kepercayaan' dan mengarah pada peluncuran kembali 'kerja sama' bilateral kedua negara.
Dalam pidato via videoconference di Sidang Umum PBB, Raja Salman menyerukan kepada Iran untuk menghentikan 'semua jenis dukungan' terhadap kelompok bersenjata di kawasan, dan menegaskan dukungan Saudi terhadap 'upaya internasional yang bertujuan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir'.
Saudi yang merupakan sekutu AS, musuh bebuyutan Iran, memiliki kekhawatiran soal program nuklir Iran, meskipun otoritas Iran berulang kali bersikeras menyatakan hanya mengejar teknologi nuklir 'damai'.