Cerita Warga Afghanistan Takut pada Taliban tapi Juga Merasa Aman

Cerita Warga Afghanistan Takut pada Taliban tapi Juga Merasa Aman

Tim Detikcom - detikNews
Jumat, 24 Sep 2021 10:47 WIB
Afghan drivers and passengers stuck in a traffic jam look at Taliban fighters riding in the back of a pickup truck in Kabul, Afghanistan, Monday, Sept. 20, 2021. (AP Photo/Felipe Dana)
Ilustrasi -- Petempur Taliban di Afghanistan (dok. AP Photo/Felipe Dana)
Kabul -

Kepemimpinan kelompok Taliban di Afghanistan memicu kekhawatiran dan ketakutan warga. Namun, sebagian warga, terutama di ibu kota Kabul, juga mengakui bahwa tindakan tegas dan hukuman berat Taliban terhadap pelaku kejahatan membuat mereka merasa aman.

Seperti dilansir Associated Press, Jumat (24/9/2021), meskipun penduduk Kabul menyatakan ketakutan atas berkuasanya kembali Taliban, namun beberapa dengan enggan mengakui bahwa situasi Kabul menjadi lebih aman dalam sebulan terakhir.

Sebelum Taliban berkuasa, menurut penduduk Kabul, gerombolan pencuri berkeliaran di jalanan dan tindak kejahatan tanpa henti membuat kebanyakan orang menghindari beraktivitas dan keluar rumah saat malam hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa hari terakhir di Kabul, para petempur Taliban diketahui menerapkan kembali hukuman-hukuman yang diberlakukan di masa lalu -- termasuk mempermalukan pelaku pencurian di depan umum.

Setidaknya dalam dua peristiwa yang terjadi pekan lalu, pria-pria di Kabul diangkut di bagian belakang truk pikap dan tangan mereka diikat, kemudian diarak keliling kota untuk mempermalukan mereka.

ADVERTISEMENT

Dalam satu peristiwa, wajah-wajah pria itu dicat untuk mengidentifikasi mereka sebagai pencuri. Pada peristiwa lainnya, roti basi digantung di leher mereka atau dimasukkan ke mulut mereka. Tidak diketahui secara pasti apa tindak kejahatan mereka.

"Bukan hal yang baik untuk melihat orang-orang dipermalukan di depan umum, tapi itu menghentikan para penjahat karena ketika orang-orang melihatnya, mereka berpikir 'Saya tidak ingin itu menjadi saya'," ucap Amaan yang merupakan pemilik toko di pusat Kabul.

Simak video 'Krisis Keuangan Bikin Warga Afghanistan Tak Bisa Beli Obat':

[Gambas:Video 20detik]



Seorang pemilik toko lainnya menyebut hukuman berat yang diberlakukan Taliban jelas merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), namun dia juga mengaku senang karena bisa tetap membuka tokonya saat malam hari.

Sebelumnya, salah satu pendiri kelompok Taliban, Mullah Nooruddin Turabi, dalam wawancara dengan Associated Press memastikan bahwa hukuman berat sesuai interpretasi kelompok ini soal hukum Islam, seperti eksekusi mati dan hukuman potong tangan, akan kembali diberlakukan di Afghanistan.

"Memotong tangan sangat diperlukan untuk keamanan," cetus Turabi.

Ditegaskan Turabi bahwa hukuman semacam itu memiliki efek jera. Namun dia juga menyatakan bahwa kabinet pemerintahan Taliban masih mempelajari apakah hukuman semacam itu akan dilakukan di depan umum seperti di masa lalu.

Turabi yang kini berusia 60-an tahun, menjabat sebagai Menteri Kehakiman dan memimpin departemen yang disebut Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, atau yang secara efektif merupakan 'polisi syariah' atau 'polisi moral' saat Taliban berkuasa sebelumnya.

Dalam wawancara dengan Associated Press, Turabi menepis kritikan terhadap kepemimpinan Taliban sebelumnya pada akhir tahun 1990-an silam. Dia menegaskan bahwa Taliban sebelumnya berhasil membawa stabilitas di Afghanistan.

"Kami memiliki keamanan sepenuhnya di setiap bagian negara ini," ucap Turabi, merujuk pada kepemimpinan Taliban di masa lalu.

(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads