Kementerian Pertahanan Inggris meminta maaf setelah tidak sengaja membocorkan alamat email milik lebih dari 250 penerjemah Afghanistan yang ingin pindah ke Inggris. Kesalahan fatal ini terjadi saat kelompok Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan bulan lalu.
Seperti dilansir AFP, Selasa (21/9/2021), kesalahan itu terungkap saat otoritas Inggris mengakui telah meninggalkan ratusan warga Afghanistan yang memenuhi syarat untuk direlokasi dalam proses evakuasi tergesa-gesa dari Kabul usai Taliban kembali berkuasa.
Laporan media terkemuka Inggris, BBC, menyebut sebuah email yang dikirimkan tim Kementerian Pertahanan menjanjikan bantuan terkait relokasi telah secara keliru menyalin alamat lebih dari 250 orang, sehingga semuanya bisa dilihat oleh seluruh penerima email itu. Banyak alamat yang menampilkan foto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pertahanan Inggris dilaporkan mengirim sebuah email lainnya sekitar 30 menit kemudian, yang isinya menyarankan para penerima untuk segera mengubah alamat email mereka.
Salah satu penerjemah Afghanistan menuturkan kepada BBC bahwa kesalahan itu 'bisa merenggut nyawa para penerjemah, khususnya bagi mereka yang masih berada di Afghanistan'.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris dalam pernyataan pada Senin (20/9) malam waktu setempat menyatakan bahwa penyelidikan telah dimulai terhadap dugaan 'pelanggaran data informasi dari tim Kebijakan Bantuan Relokasi Afghanistan'.
"Kami meminta maaf kepada semua orang yang terdampak oleh pelanggaran ini dan berupaya keras memastikan ini tidak terjadi lagi," tegas juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris.
Pelanggaran data ini memicu kemarahan kalangan anggota parlemen dari Partai Konservatif dan mantan Menteri Veteran, Johnny Mercer, yang menyebut kesalahan itu sebagai 'kinerja kelalaian secara kriminal'.
Pada Agustus lalu, surat kabar The Times melaporkan bahwa mereka menemukan informasi kontak detail milik para staf dan pelamar kerja yang ditinggal begitu saja tanpa dihancurkan sepenuhnya pada Kedutaan Besar Inggris di Kabul. Temuan itu disebut berpotensi membahayakan para pemilik informasi itu.
Awal bulan ini, Perdana Menteri (PM) Boris Johnson menyebut 311 orang yang tertinggal di Afghanistan sebenarnya memenuhi syarat untuk direlokasi ke Inggris di bawah Kebijakan Bantuan dan Relokasi Afghanistan, termasuk para penerjemah yang sebelumnya bekerja untuk militer Inggris di Afghanistan.
"Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan agar orang-orang itu mendapatkan jalur aman yang mereka dapatkan," ucap PM Johnson kepada parlemen Inggris.
Inggris diketahui mengevakuasi lebih dari 15.000 orang dari Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Mereka yang dievakuasi terdiri atas warga Inggris dan warga Afghanistan yang memenuhi syarat relokasi.