Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan reaksi keras atas buku yang menyebut seorang jenderal AS diam-diam menghubungi China karena khawatir Trump akan melancarkan serangan nuklir saat kondisinya tidak stabil usai kalah pilpres tahun 2020.
Buku berjudul 'Peril' yang ditulis oleh penulis sejarah kepresidenan Bob Woodward dan rekan penulisnya, Robert Costa, itu mengungkapkan bahwa Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley dua kali menghubungi seorang jenderal top China untuk menenangkan situasi menjelang pilpres dan setelah Trump kalah dari Presiden Joe Biden dalam pilpres.
Kutipan buku yang dijadwalkan akan dirilis pada 21 September mendatang itu menggambarkan Milley mengorganisir Pentagon dan komunitas intelijen AS untuk menolak setiap langkah yang diambil Trump untuk meningkatkan ketegangan dengan China atau Iran setelah dia kalah pilpres November 2020.
Seperti dilansir AFP dan Fox News, Rabu (15/9/2021), Trump dalam pernyataannya menuduh Milley telah melakukan 'pengkhianatan'. Bahkan Trump menyalahkannya atas kekacauan yang terjadi saat penarikan tentara AS dari Afghanistan pada akhir bulan lalu.
"Jadi, pertama-tama, jika memang benar, yang sulit dipercaya, bahwa dia menghubungi China dan melakukan hal-hal ini dan bersedia memberitahu mereka soal serangan atau serangan yang akan datang, itu merupakan pengkhianatan," ucap Trump kepada host Sean Spicer untuk acara 'Spicer & Co' pada NewsmaxTV.
"Saya menerima begitu banyak telepon menyebut itu pengkhianatan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Trump mengakui dirinya memang keras pada China soal perdagangan dan pandemi virus Corona (COVID-19), namun dia menyebut penggambaran dirinya mungkin menyerang China secara sepihak 'sungguh konyol'.
"Bagi dia untuk mengatakan bahwa saya berpikir soal menyerang China, saya pikir (Milley) hanya berupaya menghindar dari penarikan dari Afghanistan yang tidak kompeten, hal terbodoh yang pernah dilihat siapapun," sebut Trump.
Simak Video: China-Afghanistan Makin Mesra di Pemerintahan Taliban