Seorang mantan kepala sekolah di Australia menghadapi pengadilan atas tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di sebuah sekolah ultra-Ortodoks Yahudi di Australia. Perempuan itu muncul melalui tautan video pada hari Senin (13/9) ini di hari pembukaan hearing pra-pengadilan.
Malka Leifer, warga negara ganda Israel-Australia yang diekstradisi ke Australia pada Januari, ditampilkan di video dari penjara dengan mengenakan atasan biru. Perempuan itu menyangkal 74 tuduhan yang mencakup pemerkosaan, penyerangan tidak senonoh dan pelecehan seksual anak antara tahun 2004 dan 2008, ketika dia menjadi guru studi agama dan kepala sekolah di Adass Israel School di Melbourne.
Sidang awal di Melbourne, yang diperkirakan berlangsung hingga 20 September, akan memutuskan apakah ada cukup bukti bagi Leifer untuk diadili.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat ke bawah dan sering meletakkan dagunya di tangan kirinya, Leifer hanya berbicara untuk memastikan bahwa dia dapat mendengar dan melihat proses di pengadilan Melbourne, yang diadakan melalui video selama lockdown COVID-19.
"Ya, ya," jawabnya ketika diminta oleh penjaga penjara, setelah gagal menjawab ketika pertama kali ditanya oleh hakim.
Wartawan dikeluarkan dari sidang video selama kesaksian oleh para korbannya.
Leifer dibolehkan oleh hakim untuk tidak hadir pada hari suci Yahudi, Yom Kippur, yang jatuh pada tanggal 16 September, tetapi sidang dijadwalkan untuk tetap dilanjutkan pada hari itu tanpa kehadirannya.
Simak juga 'Polisi Terima Laporan Kasus Pelecehan Seksual Pegawai KPI':
Korbannya adalah tiga perempuan kakak-beradik - Nicole Meyer, Dassi Erlich dan Elly Sapper - yang secara terbuka mengidentifikasi diri mereka sebagai upaya untuk mendorong agar Leifer menghadapi dakwaan.
Leifer, sekarang berusia 50-an, melarikan diri dari Australia ke Israel setelah tuduhan terhadapnya muncul pada 2008. Dia pindah bersama keluarganya ke permukiman Emmanuel di Tepi Barat.
Pihak berwenang Australia mengajukan tuntutan pada 2012 dan meminta ekstradisinya dua tahun kemudian. Dia tiba di Melbourne dengan penerbangan pada akhir Januari lalu, setelah enam tahun perselisihan hukum di Israel, termasuk apakah dia berpura-pura sakit jiwa untuk menghindari persidangan di Australia.
Mahkamah Agung Israel menolak permohonan banding terakhir pengacaranya terhadap ekstradisi pada Desember 2020 lalu.