Seorang wanita Australia diadili atas dugaan keterlibatannya dalam rencana kudeta hoaks yang melibatkan rekaman audio palsu dari Kepala Kepolisian Australia menyerukan penggulingan pemerintah.
Seperti dilansir AFP, Jumat (10/9/2021), awal tahun ini, sebuah rekaman audio berdurasi 43 menit beredar luas yang disebut memuat suara Komisioner Kepolisian Federal Australia yang menyerukan perekrutan orang-orang untuk membantu 'menggulingkan pemerintah'.
Kepolisian Australia telah menegaskan bahwa rekaman audio itu palsu. Mereka juga menangkap dua tersangka terkait rekaman itu, yakni seorang pria di Australia Barat dan seorang wanita berusia 49 tahun di Australia Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita Australia yang tidak disebut namanya itu, dijerat dakwaan meniru dan menyamar sebagai polisi dan membantu mengamankan pengiriman lebih dari 400 lencana polisi federal palsu dari produsen di luar negeri.
Rekaman audio itu menampilkan daftar keluhan yang dipenuhi konspirasi terhadap pembatasan dan vaksinasi virus Corona (COVID-19), dan telah didengarkan lebih dari 100.000 kali.
Rekaman itu menyerukan orang-orang untuk bergabung -- beberapa bersenjata -- lalu melancarkan gelombang 'penangkapan' pejabat tinggi Australia dan 'membubarkan pemerintahan' secara paksa jika diperlukan.
"Orang-orang di atas akan dicopot dari jabatan mereka," ucap seorang pria yang berpura-pura menjadi Komisioner Kepolisian Australia dalam rekaman audio itu, sembari menambahkan bahwa seorang aktivis terkemuka akan diangkat sebagai 'gubernur jenderal sejati'.
"Ini bukan permainan berdarah, ada waktunya ketika nyawa Anda terancam," imbuh pria dalam rekaman audio itu.
Otoritas penegak hukum Australia pada Jumat (10/9) waktu setempat, menyatakan tidak ada bukti 'ancaman segera terhadap keselamatan masyarakat' dan 'belum menemukan bukti apapun yang menunjukkan kelompok itu memiliki kemampuan untuk melakukan aksi yang mereka bahas'.
Lonjakan informasi keliru dan teori konspirasi tercatat di Australia selama pandemi Corona, dengan beberapa terinspirasi dari kelompok-kelompok luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS).
Asisten Komisioner Kepolisian untuk Kontra-terorisme, Scott Lee, menyatakan pihak kepolisian melanjutkan penyelidikan dan mungkin melakukan penangkapan lanjutan.
"Menyamar sebagai pejabat persemakmuran dan potensi penyalahgunaan lencana-lencana AFP (Kepolisian Federal Australia) menjadi hal yang kami anggap sangat serius, yang tercermin dalam penyelidikan yang terus berlangsung dan tindakan yang diambil hari ini," sebut Lee.