Kepolisian Swedia telah menangkap dua wanita yang terkait dengan kelompok Negara Islam (ISIS) setelah mereka pulang dari Suriah. Salah satu dari mereka dilaporkan tengah diselidiki atas dugaan kejahatan perang.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (7/9/2021), juru bicara kepolisian Stockholm, Ola Osterling mengatakan jaksa yang memimpin penyelidikan terhadap kedua wanita itu telah memerintahkan penangkapan mereka setibanya di Stockholm pada Senin (6/9) sore waktu setempat.
"Kami mengeksekusi keputusan itu ketika pesawat tiba di Stockholm pada sore hari," kata Osterling kepada AFP. Seorang wanita ketiga telah dibawa untuk diinterogasi, tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah pernyataan dari Otoritas Penuntutan mengatakan beberapa penyelidikan sedang dilakukan terhadap pria dan wanita yang kembali dari daerah-daerah yang pernah dikendalikan oleh kelompok ISIS.
"Kejahatan internasional yang relevan bagi orang-orang yang kembali dari wilayah yang dikuasai ISIS adalah kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata jaksa penuntut umum Reena Devgun dalam pernyataannya.
"Swedia memiliki komitmen internasional untuk menyelidiki dan menuntut kejahatan ini," imbuhnya.
Otoritas Penuntutan menambahkan bahwa mereka tidak dapat mengomentari kasus-kasus individu atau jumlah investigasi yang sedang berlangsung.
Namun, televisi publik SVT melaporkan bahwa setidaknya satu dari wanita yang ditangkap sedang diselidiki atas kejahatan perang, genosida, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
SVT juga melaporkan bahwa para wanita yang telah kembali ke Swedia pada Senin (6/9) tersebut telah tinggal di kamp-kamp di Suriah utara, tetapi telah dideportasi oleh otoritas Kurdi setelah memutuskan mereka tidak memiliki cukup bukti untuk menuntut mereka.
Baca juga: Apa Perbedaan Taliban, Al-Qaeda dan ISIS? |
Simak juga 'BIN: Finansial dan Birokrasi Internasional Jadi Tantangan Taliban'