Sebanyak 14 anggota pasukan keamanan Palestina akan menghadapi pengadilan militer setelah secara resmi dituduh atas pembunuhan aktivis terkemuka Nizar Banat, yang kematiannya memicu protes dan kecaman global.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (7/9/2021), Banat - seorang kritikus terkemuka Otoritas Palestina dan presidennya yang berusia 86 tahun, Mahmud Abbas - meninggal pada Juni lalu setelah pasukan keamanan menyerbu rumahnya di kota Hebron dan menyeretnya pergi.
Sebuah post-mortem menemukan dia telah dipukuli di kepala, dada, leher, kaki dan tangan, dengan waktu kurang dari satu jam berlalu antara penangkapannya dan kematiannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Banat mengatakan tidak percaya pada kapasitas Otoritas Palestina untuk memberikan keadilan, dan menyerukan penyelidikan internasional.
Namun Otoritas Palestina terutama Perdana Menteri Mohammed Shtayyeh, telah menjanjikan pertanggungjawaban dan memerintahkan penyelidikan penuh.
Juru bicara dinas keamanan Palestina Talal Dweikat mengatakan pada hari Senin (6/9) waktu setempat, bahwa 14 personel dinas keamanan tersebut telah secara resmi dituduh atas "pemukulan yang menyebabkan kematian, penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran instruksi keamanan."
Di bawah sistem peradilan Palestina di Tepi Barat - wilayah yang diduduki Israel sejak 1967 - pengadilan militer Palestina akan melakukan persidangan.
Simak juga 'Penampakan 'Lubang' untuk Kabur 6 Tahanan Palestina dari Penjara Israel':
"Kami pikir mereka menggunakan 14 anggota pasukan keamanan ini sebagai kambing hitam," kata Ghasan, saudara laki-laki Banat kepada AFP.
"Para prajurit dan perwira ini tidak datang untuk menangkap dan membunuh Nizar atas inisiatif mereka sendiri, mereka mendapat perintah. Dan fakta bahwa mereka semua diam sejak awal menunjukkan bahwa pihak berwenang telah berjanji untuk membela mereka," tambahnya.
Keluarga Banat bulan lalu meningkatkan perjuangan mereka untuk keadilan internasional, mencari intervensi dari polisi Inggris dan PBB.
Para aktivis juga telah melakukan serangkaian protes di Tepi Barat untuk menuntut keadilan bagi Banat.