Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon memperingatkan bahwa ancaman lebih banyak serangan terhadap bandara Kabul, Afghanistan, masih nyata seiring militer AS menyelesaikan penarikan tentaranya setelah perang selama 20 tahun.
Seperti dilansir AFP, Senin (31/8/2021), juru bicara Pentagon, John Kirby, menyatakan operasi evakuasi di bandara Kabul dalam keadaan siaga tinggi setelah kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Khorasan atau ISIS-K melancarkan serangan lima roket pada Senin (30/8) waktu setempat.
Pekan lalu, ISIS-K mendalangi serangan bom bunuh diri di salah satu gerbang bandara Kabul hingga menewaskan lebih dari 180 orang, termasuk 13 tentara AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada akhir pekan, AS melancarkan serangan drone yang menghancurkan sebuah mobil yang diklaim oleh Pentagon berisi peledak dan para pengebom bunuh diri ISIS-K yang berencana menargetkan AS.
"Kita berada dalam waktu yang sangat berbahaya sekarang," ucap Kirby kepada wartawan.
"Aliran ancaman masih nyata, itu masih aktif, dan dalam banyak kasus itu masih spesifik," imbuhnya.
AS diketahui mengerahkan nyaris 6.000 tentaranya untuk mengamankan evakuasi di bandara Kabul sejak 14 Agustus. Para tentara itu ditarik seluruhnya dari Afghanistan pada batas waktu 31 Agustus yang ditetapkan Presiden Joe Biden.
Kirby menyatakan bahwa para pejabat AS berdiskusi secara ekstensif dengan Taliban untuk memastikan proses penarikan yang aman.
"Kita telah berkomunikasi dengan Taliban soal hari-hari terakhir ini, agar kita bisa memastikan tidak ada miskalkulasi, tidak ada kesalahpahaman," ujarnya.
Salah satu pejabat militer AS, Mayor Jenderal Hank Taylor, menuturkan bahwa lebih dari 122.000 orang dievakuasi dari bandara Kabul sejak Juli, termasuk 5.400 warga AS. Dia menyatakan AS akan memastikan untuk mengevakuasi warga AS yang masih ada di Afghanistan hingga saat-saat terakhir.
"Misi operasi evakuasi adalah membantu sebanyak mungkin orang-orang keluar dari Afghanistan," tandasnya.