Diseret Keluar Rumah, Penyanyi Afghanistan Dibunuh Taliban

Diseret Keluar Rumah, Penyanyi Afghanistan Dibunuh Taliban

Tim Detikcom - detikNews
Selasa, 31 Agu 2021 10:24 WIB
Taliban fighters patrol as two Traffic policemen stand, left, in Kabul, Afghanistan, Thursday, Aug. 19, 2021. The Taliban celebrated Afghanistans Independence Day on Thursday by declaring they beat the United States, but challenges to their rule ranging from running a country severely short on cash and bureaucrats to potentially facing an armed opposition began to emerge. (AP Photo/Rahmat Gul)
kelompok Taliban kembali berkuasa di Afghanistan (Foto: AP/Rahmat Gul)
Kabul -

Seorang penyanyi lagu-lagu rakyat di Afghanistan diseret keluar rumahnya dan dibunuh oleh kelompok Taliban di area pegunungan yang bergolak di sebelah utara Kabul. Pembunuhan ini semakin memicu kekhawatiran akan kembalinya kekuasaan brutal Taliban seperti 20 tahun lalu, yang termasuk melarang musik.

Seperti diberitakan CNN, Selasa (31/8/2021), penyanyi bernama Fawad Andarabi itu 'ditembak di kepala' di lahan pertanian keluarga di Lembah Andarab, Provinsi Baghland bagian utara, pada Jumat (27/8) lalu. Tidak disebutkan soal alasan Taliban menghabisi Andarabi secara brutal.

"Dia tidak bersalah, seorang penyanyi yang hanya menghibur orang-orang," kata anak laki-laki Andarabi, Jawad, kepada Associated Press.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Associated Press menjadi media yang pertama melaporkan kematian Andarabi. CNN tidak bisa mengonfirmasi secara independen situasi yang menyelimuti kematian sang penyanyi.

Namun, mantan Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Massoud Andarabi, yang juga berasal dari distrik tempat tinggal penyanyi itu berbicara terang-terangan soal kematian Andarabi.

ADVERTISEMENT

"Kebrutalan Taliban berlanjut di Andarab. Hari ini mereka secara brutal membunuh penyanyi lagu rakyat, Fawad Andarabi yang hanya membawa kegembiraan bagi lembah ini dan orang-orangnya. Saat dia bernyanyi di sini 'lembah kita yang indah ... tanah nenek moyang kita ...' tidak akan tunduk pada kebrutalan Taliban," tulisnya via Twitter.

Pembunuhan semacam ini memicu kekhawatiran soal kembalinya kebrutalan Taliban yang merajalela saat kelompok radikal itu menguasai Afghanistan tahun 1996-2001 lalu. Pada saat itu, Taliban melarang sebagian besar bentuk musik karena dianggap tidak Islami.

Lihat juga video 'Tujuan Utama China-Rusia Jalin Hubungan dengan Taliban':

[Gambas:Video 20detik]



Dalam wawancara dengan New York Times pada (25/8) lalu, juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, menyatakan bahwa 'musik dilarang dalam Islam' ketika ditanya apakah kelompoknya akan kembali melarang musik di Afghanistan.

Dia menambahkan bahwa Taliban berharap bisa 'membujuk orang-orang untuk tidak melakukan hal semacam itu, bukannya menekan mereka'.

Namun intoleransi Taliban terhadap musik tanpa makna agama telah menjadikan para aktivis HAM mengkhawatirkan penindakan baru terhadap para seniman.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads