Amerika Serikat (AS) menyatakan tetap bertekad melanjutkan proses evakuasi warga sipil di bandara Kabul, Afghanistan, meski ada ancaman keamanan. Hal ini disampaikan setelah terjadi serangan bom bunuh diri di gerbang bandara Kabul yang menewaskan lebih dari 180 orang, termasuk 13 tentara AS.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (28/8/2021), para pejabat militer AS mengakui bahwa nyaris tidak mungkin untuk menghapus ancaman serangan lainnya terhadap proses evakuasi di bandara Kabul yang berlanjut hingga batas waktu penarikan tentara AS pada 31 Agustus mendatang.
"Kita telah melihat secara langsung betapa berbahayanya misi itu. Tapi ISIS tidak akan menghalangi kami untuk menyelesaikan misi ini," ucap Mayor Jenderal Hank Taylor kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan bom pada Kamis (26/8) malam waktu setempat menunjukkan risiko tinggi yang dihadapi dalam proses evakuasi di bandara Kabul. Disebutkan AS bahwa sedikitnya 105.000 orang telah dievakuasi dari Afghanistan sejak operasi dimulai pada pertengahan Agustus ketika Taliban mengambil alih kekuasaan.
Jenderal Taylor menyebut 12.500 orang dievakuasi dalam 24 jam terakhir, dengan menggunakan 89 penerbangan AS dan koalisi.
Dalam pernyataan pada Jumat (27/8) waktu setempat, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengungkapkan masih ada sekitar 5.400 orang di dalam bandara Kabul yang menunggu dievakuasi.
Ditegaskan Jenderal Taylor bahwa AS akan mengevakuasi orang-orang 'hingga saat-saat terakhir'.
Sebelumnya juru bicara Pentagon, John Kirby, menyatakan masih ada ancaman kredibel terhadap proses evakuasi di bandara Kabul. "Kami masih meyakini adanya ancaman-ancaman kredibel... ancaman-ancaman spesifik dan kredibel," tegasnya.
"Kami tentu bersiap dan akan memperkirakan adanya upaya-upaya di masa mendatang, tentu saja," imbuhnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Lebih dari 5.000 tentara AS yang dikerahkan ke bandara Kabul berperan sebagai penjaga gerbang, dengan memeriksa para pengungsi sambil menjaga keamanan.
"Kami harus memeriksa orang-orang sebelum mereka masuk ke dalam lapangan terbang. Kami harus memastikan mereka tidak membawa bom atau senjata jenis lainnya yang pada akhirnya bisa masuk ke dalam pesawat," tegas Kepala Komando Pusat Militer AS, Jenderal Kenneth McKenzie.