Pemerintah Belanda akan menghentikan penerbangan evakuasi dari bandara Kabul, Afghanistan, mulai Kamis (26/8) waktu setempat. Belanda mengakui penghentian evakuasi ini sebagai 'momen menyakitkan' karena berarti akan meninggalkan sejumlah orang di Afghanistan, yang kini dikuasai kelompok Taliban.
Seperti dilansir AFP, Kamis (26/8/2021), Belanda menyatakan telah diinstruksikan oleh pasukan Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan Afghanistan sebelum batas waktu penarikan tentara AS pada 31 Agustus. Belanda juga mengimbau orang-orang untuk menghindari bandara Kabul karena alasan keamanan.
"Belanda telah diberitahu hari ini oleh Amerika Serikat bahwa mereka harus pergi dan kemungkinan akan mengoperasikan penerbangan terakhir hari ini," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Belanda kepada parlemen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah momen menyakitkan karena itu berarti terlepas semua upaya hebat selama beberapa waktu terakhir, orang-orang yang memenuhi syarat untuk dievakuasi ke Belanda akan tertinggal," sebut Menteri Luar Negeri Sigrid Kaag dan Menteri Pertahanan Ank Bijleveld dalam pernyataan gabungan.
Disebutkan bahwa staf Kedutaan Besar dan tim militer Belanda di bandara Kabul akan terbang meninggalkan Afghanistan dengan penerbangan terakhir pada Kamis (26/8) waktu setempat.
"Semuanya yang mungkin tengah dilakukan untuk membantu ratusan orang yang sekarang berada di gerbang bandara untuk menaiki penerbangan yang dijadwalkan hari ini," imbuh pernyataan gabungan itu.
Simak juga 'Batas Waktu Evakuasi Terbatas, Australia Kebut Evakuasi':
Setidaknya satu pesawat Hercules C-130 akan tetap berada di kawasan itu jika terjadi situasi darurat.
Belanda menyatakan bahwa AS menginstruksikan untuk meninggalkan bandara Kabul sebelum 31 Agustus karena 'beberapa hari sebelum itu, sejumlah besar tentara Amerika dan perlengkapannya telah diterbangkan keluar' dari Afghanistan.
Disebutkan juga bahwa 'situasi keamanan yang memburuk dengan cepat' di sekitar bandar Kabul, di mana negara-negara Barat memperingatkan adanya ancaman serangan teror, juga menjadi pertimbangan pemerintah Belanda.