Kekacauan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul jadi sorotan hingga menimbulkan korban jiwa. Taliban pun menyalahkan Amerika Serikat (AS) soal evakuasi yang kacau tersebut.
Seperti dilansir AFP, Minggu (22/8/2021) Taliban yang berjanji untuk 'lebih baik' dari masa pendudukannya 20 tahum silam tampaknya tetap membuat banyak warga Afghanistan ketakutan dan terus mencoba melarikan diri dari negaranya. Penumpukan masyarakat di bandara Kabul diakui membuat AS dan negara lainnya kewalahan. Taliban pun menyalahkan AS atas insiden yang terjadi beberapa waktu belakangan.
"Amerika, dengan segala kekuatan dan fasilitasnya telah gagal menertibkan bandara. Ada kedamaian dan ketenangan di seluruh negeri, tetapi hanya ada kekacauan di bandara Kabul," kata pejabat Taliban Amir Khan Mutaqi.
Batas waktu Evakuasi Dinilai Mustahil
Diketahui AS, yang memiliki ribuan tentara yang berusaha mengamankan bandara, menetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikan evakuasi pada 31 Agustus. Namun hal itu dinilai mustahil.
Menurut pemerintahan Biden, ada 15.000 orang Amerika dan 50.000-60.000 sekutu Afghanistan yang perlu dievakuasi dari wilayah yang kini diduduki Taliban tersebut.
Presiden AS Joe Biden menggambarkan operasi evakuasi sebagai "salah satu pengangkutan udara terbesar dan tersulit dalam sejarah".
Situasi semakin rumit ketika pada Sabtu (21/8), pemerintah AS memperingatkan warganya untuk menjauh dari bandara karena adanya ancaman keamanan. Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Biden telah diberitahu tentang ancaman keamanan, termasuk dari kelompok ISIS.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menilai skeptis soal keberhasilan evakuasi di Afghanistan.
"Mereka ingin mengevakuasi 60.000 orang antara sekarang dan akhir bulan ini. Secara matematis tidak mungkin," katanya kepada AFP.
Borrell menambahkan bahwa "kami telah mengeluh" kepada AS bahwa keamanan bandara mereka terlalu ketat dan menghambat upaya orang Afghanistan yang bekerja untuk orang Eropa untuk masuk.
(izt/gbr)