Kesalahan AS di Balik Kekalahan Pasukan Afghanistan, PM Malaysia Mundur

International Updates

Kesalahan AS di Balik Kekalahan Pasukan Afghanistan, PM Malaysia Mundur

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 16 Agu 2021 18:06 WIB
Kelompok Taliban menyatakan perang telah berakhir usai para petempurnya mengambil alih Istana. Kolapsnya pemerintahan dengan cepat ini, memicu ketakutan dan kepanikan warga yang ada di Kabul.
Taliban berhasil menguasai ibu kota Afghanistan (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Kolapsnya militer Afghanistan yang memampukan para petempur Taliban merebut kekuasaan di Kabul, secara tidak langsung menyoroti kesalahan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir oleh Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), yang telah menghabiskan miliaran dolar Amerika di negara itu.

Seperti dilansir AFP, Senin (16/8/2021), pasukan pemerintah Afghanistan kolaps tanpa dukungan militer AS, yang melakukan invasi tahun 2001 sejak serangan 11 September dan menumbangkan Taliban atas dukungannya terhadap Al-Qaeda saat itu.

AS gagal dalam membangun pemerintahan demokratis yang bisa melawan Taliban, meskipun telah menghabiskan dana miliaran dolar Amerika dan memberikan dukungan militer selama dua dekade terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Senin (16/8/2021):

ADVERTISEMENT

- Kabur Gegara Taliban, Presiden Afghanistan: Ini Pilihan yang Sulit

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, menyatakan akan 'terus mengabdi' pada negara setelah dirinya melarikan diri dari Kabul karena serbuan Taliban. Presiden Ghani juga menyebut bahwa meninggalkan negaranya saat Taliban mengambil alih kekuasaan adalah sebuah pilihan yang sulit.

"Saya akan terus selalu mengabdi pada negara saya dengan menawarkan gagasan dan program," tulis Presiden Ghani dalam postingan Facebook-nya seperti dilansir CNN, Senin (16/8/2021).

"Hari ini, saya mendapati sebuah pilihan sulit; apakah saya harus menghadapi Taliban yang bersenjata yang ingin memasuki istana, atau meninggalkan negara tercinta yang telah saya dedikasikan hidup saya untuk melindungi dan mengurusnya selama 20 tahun terakhir," imbuhnya.

"Taliban telah memutuskan untuk menyingkirkan saya, mereka ada di sini untuk menyerang Kabul dan warga Kabul. Demi menghindari pertumpahan darah, saya pikir yang terbaik adalah pergi," jelas Presiden Ghani dalam postingannya pada Minggu (15/8) waktu setempat.

- Ribuan Warga Penuhi Bandara Kabul, Tentara AS Lepas Tembakan

Tentara Amerika Serikat (AS) yang ditugaskan di bandara Kabul, Afghanistan, untuk mengamankan evakuasi para diplomat dan warga dari negara itu, dilaporkan sempat melepaskan tembakan ke udara. Hal ini terjadi saat ribuan warga Afghanistan mendatangi bandara bahkan hingga masuk ke dalam area landasan.

Seperti dilansir AFP dan South China Morning Post (SCMP), Senin (16/8/2021), banyak warga Afghanistan yang berupaya meninggalkan Kabul setelah kelompok Taliban berhasil merebut kekuasaan dari pemerintahan Presiden Ashraf Ghani, yang malah kabur dari negaranya.

Situasi kacau dilaporkan terjadi di bandara Kabul pada Senin (16/8) waktu setempat, yang dibanjiri orang-orang yang ingin kabur dari negara itu. Seorang saksi mata menuturkan bahwa sejumlah tembakan sempat dilepaskan ke udara oleh tentara AS yang kini menguasai dan menjaga keamanan di area bandara.

- Presiden Afghanistan Tinggalkan Kabul, Taliban Umumkan Perang Berakhir

Kelompok Taliban menyatakan perang telah berakhir usai para petempurnya mengambil alih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Presiden Ashraf Ghani diketahui meninggalkan Kabul pada Minggu (15/8) waktu setempat saat Taliban mulai memasuki ibu kota Afghanistan itu.

Seperti dilansir Reuters, Senin (16/8/2021), Presiden Ghani dalam pernyataannya mengklaim dirinya meninggalkan Kabul demi menghindari pertumpahan darah. Sementara ratusan warga Afghanistan membanjiri bandara Kabul dalam upaya meninggalkan negaranya.

Lihat Video: Menengok Kota Kabul Usai Dikuasai Taliban

[Gambas:Video 20detik]



Negara-negara Barat berupaya keras mengevakuasi para diplomat dan warga mereka dari negara tersebut.

"Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan para mujahidin. Mereka telah menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun," ucap juru bicara kantor politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada Al Jazeera TV.

- Kesalahan AS di Balik Kekalahan Tentara Afghanistan dari Taliban

Kolapsnya militer Afghanistan yang memampukan para petempur Taliban merebut kekuasaan di Kabul, secara tidak langsung menyoroti kesalahan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir oleh Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), yang telah menghabiskan miliaran dolar Amerika di negara itu.

Seperti dilansir AFP, Senin (16/8/2021), pasukan pemerintah Afghanistan kolaps tanpa dukungan militer AS, yang melakukan invasi tahun 2001 sejak serangan 11 September dan menumbangkan Taliban atas dukungannya terhadap Al-Qaeda saat itu.

AS gagal dalam membangun pemerintahan demokratis yang bisa melawan Taliban, meskipun telah menghabiskan dana miliaran dolar Amerika dan memberikan dukungan militer selama dua dekade terakhir.

Presiden AS, Joe Biden, bertekad menarik seluruh tentara AS dari Afghanistan pada akhir bulan ini, dengan bersikeras menyatakan tidak ada pilihan lain dan menegaskan tidak akan 'menyerahkan perang ini' kepada presiden selanjutnya.

- Baru Menjabat 17 Bulan, PM Malaysia Resmi Mundur!

Perdana Menteri (PM) Malaysia, Muhyiddin Yassin, telah secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya setelah baru menjabat selama 17 bulan terakhir. Pengunduran diri Muhyiddin ini telah diterima oleh Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah.

Seperti dilansir AFP dan The Star, Senin (16/8/2021), Muhyiddin mengajukan pengunduran dirinya kepada Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah pada Senin (16/8) waktu setempat, setelah sejumlah kebijakannya terkait pandemi virus Corona (COVID-19) memicu gejolak politik terbaru di negara ini.

Pengunduran diri diajukan Muhyiddin setelah partai-partai anggota koalisi pemerintahannya mencabut dukungan dan upaya terakhirnya mempertahankan kekuasaan gagal dilakukan. Dia tercatat sebagai PM yang menjabat paling singkat dalam sejarah Malaysia.

Usai menghadiri rapat kabinet, Muhyiddin yang berusia 74 tahun ini mendatangi Istana Negara untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Sultan Abdullah.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads