Sebuah pasukan terkait Iran dilaporkan membajak sebuah kapal tanker di Laut Arab dekat lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA). Pembajakan dilaporkan terjadi setelah serangan terhadap kapal tanker yang dikelola miliarder Israel di perairan Oman.
Seperti dilansir Reuters dan Arab News, Rabu (4/8/2021), informasi soal pembajakan kapal ini disampaikan oleh Operasi Perdagangan Maritim Inggris, yang masih bagian dari Angkatan Laut Inggris, yang memperingatkan adanya 'potensi pembajakan' di perairan tersebut.
Dalam laporannya pada Selasa (3/8) waktu setempat, Operasi Perdagangan Maritim Inggris awalnya memperingatkan kapal-kapal bahwa 'sebuah insiden tengah berlangsung' di lepas pantai Fujairah, UEA. Beberapa jam kemudian, mereka menyebut insiden itu sebagai 'potensi pembajakan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada informasi detail lainnya yang disampaikan militer Inggris terkait insiden tersebut.
Namun otoritas pelayaran Lloyd's List dan perusahaan intelijen maritim Dryad Global, seperti dilansir Associated Press, sama-sama mengidentifikasi kapal yang terlibat insiden pembajakan itu sebagai kapal tanker aspal bernama Asphalt Princess yang berbendera Panama.
Pemilik kapal yang terdaftar sebagai Glory International di zona bebas Emirat belum berkomentar. Tidak diketahui ada berapa jumlah awak kapal tersebut.
Laporan menyebut kapal tanker itu dibajak di lokasi berjarak 60 mil laut dari lepas pantai Fujairah yang ada di pantai timur UEA. Area tersebut diketahui mengarah ke Selat Hormuz.
Data pelacakan satelit menurut MarineTraffic.com menunjukkan kapal tanker tersebut bergerak perlahan menuju perairan Iran di dekat pelabuhan Jask pada Rabu (4/8) pagi waktu setempat.
Sejumlah sumber keamanan Inggris secara terpisah menyatakan pihaknya 'tengah menyelidiki asumsi bahwa militer atau proxy Iran menaiki kapal tersebut'.
Belum ada komentar resmi dari otoritas UEA terkait dugaan pembajakan kapal ini.
Baca juga: Ebrahim Raisi Dilantik Jadi Presiden Iran |
Namun pada Selasa (3/8) sore waktu setempat, diketahui sedikitnya ada lima kapal di lautan antara UEA dan Iran yang meng-update status pelacakan mereka menjadi 'Not Under Command'. Status tersebut biasanya mengindikasikan sebuah kapal tidak mampu bermanuver karena situasi luar biasa. Status itu juga bisa berarti kapal kehilangan tenaga dan tidak bisa lagi berlayar.
"Pada saat yang sama, jika mereka berada di lokasi yang sama dan tempat yang sama, maka sangat langka itu bisa terjadi. Tidak semua kapal bisa kehilangan tenaga atau kemampuan untuk berlayar pada waktu bersamaan," ucap pakar minyak dan perkapalan pada perusahaan data Refinitiv, Ranjit Raja.
Insiden ini terjadi saat ketegangan tengah tinggi antara Iran dan negara-negara Barat, tidak hanya terkait kesepakatan nuklir tapi juga terkait serangan kapal tanker yang menewaskan dua orang di perairan Oman. Iran yang dituduh mendalangi serangan tersebut, telah menyampaikan bantahan keras.