Otoritas Iran memberlakukan lockdown selama sepekan di ibu kota Teheran dan sekitarnya untuk menekan penyebaran virus Corona (COVID-19). Lockdown diterapkan saat jumlah kasus harian Corona di Iran mencetak rekor tertinggi di tengah terjangan gelombang kelima Corona.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (21/7/2021), lockdown berlaku di wilayah Teheran dan Provinsi Alborz mulai Selasa (20/7) waktu setempat, dengan hanya pusat-pusat bisnis esensial saja yang diperbolehkan tetap buka.
Sebagian besar perkantoran, bioskop dan fasilitas olahraga harus tutup selama lockdown, demi menegah penyebaran Corona terutama varian Delta yang sangat mudah menular.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lockdown juga mencakup larangan perjalanan darat antara Teheran dan Provinsi Alborz. Kepolisian lalu lintas setempat memblokir ruas-ruas jalan menuju tujuan wisata populer pada Selasa (20/7) waktu setempat, namun arus lalu lintas terpantau padat pada Senin (19/7) malam saat warga berupaya meninggalkan Teheran.
Rekor baru tercatat di Iran pada Selasa (20/7) waktu setempat, saat negara ini melaporkan 27.444 kasus Corona dalam sehari. Angka itu menggeser rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat pada 14 April lalu dengan 25.582 kasus Corona dalam sehari.
Dengan tambahan itu, total kasus Corona di Iran kini melebihi 3,5 juta kasus.
Otoritas Iran juga melaporkan 250 kematian dalam sehari, sehingga total kematian akibat Corona di negara ini mencapai 87.624 orang.
Sebelumnya otoritas Iran mengakui bahwa jumlah resmi pemerintah tidak menghitung semua kasus. Presiden Hassan Rouhani juga memperingatkan bahaya gelombang kelima yang dipicu oleh varian Delta.
Iran sejauh ini menghindari lockdown penuh secara nasional dan hanya menerapkan langkah pembatasan terbatas seperti larangan perjalanan dan penutupan bisnis. Pada Selasa (20/7) waktu setempat, perkantoran, bank, pusat perbelanjaan, bioskop dan fasilitas olahraga di Teheran tutup, lalu lintas terbatas dan ruas jalanan nyaris kosong dari pejalan kaki.
Seorang warga Teheran yang bekerja pada perusahaan perdagangan, Mehdi, mengaku skeptis terhadap pembatasan yang diberlakukan. "Itu tidak akan efektif. Jika orang-orang tetap di rumah dan tidak pergi ke mana-mana, itu mungkin -- tapi begitu ada hari libur, semua orang mulai bepergian," ucapnya.