Pemerintah Inggris resmi mencabut pembatasan pandemi virus Corona (COVID-19) sehari-hari pada Senin (19/7) waktu setempat. Seluruh aturan social distancing dihapus, memicu kecaman para ilmuwan dan partai oposisi karena dianggap sebagai lompatan berbahaya ke situasi yang tidak diketahui.
Seperti dilansir AFP, Senin (19/7/2021), mulai Minggu (18/7) tengah malam waktu setempat, kelab-kelab malam bisa buka kembali dan semua tempat acara indoor bisa beroperasi kembali dalam kapasitas penuh.
Setelah pembatasan dicabut, aturan wajib masker dan bekerja dari rumah (WFH) juga dihapus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perdana Menteri (PM) Boris Johnson yang tengah melakukan isolasi mandiri usai melakukan kontak dengan pasien Corona, mendorong publik Inggris untuk tetap berhati-hati dan bersedia menerima vaksinasi Corona -- bergabung dengan dua pertiga warga dewasa Inggris yang sudah divaksinasi sepenuhnya.
Johnson kembali membela kebijakannya mencabut pembatasan dan membuka kembali aktivitas perekonomian, yang dijuluki 'hari kebebasan' oleh sejumlah media, di tengah kekhawatiran besar para ilmuwan setelah tambahan kasus harian di Inggris melampaui 50.000 kasus.
"Jika kita tidak melakukannya sekarang, maka kita akan melakukan pembukaan pada musim gugur, bulan-bulan musim dingin, ketika virus memiliki keuntungan dari cuaca dingin," ucap Johnson dalam pesan videonya untuk publik Inggris.
"Jika tidak melakukannya sekarang, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, kapan kita akan melakukannya? Jadi ini adalah waktu yang tepat, tapi kita harus melakukannya dengan hati-hati," imbuhnya.
Simak video 'Lockdown Dicabut, Kelab Malam di Inggris Beroperasi Penuh':
Juru bicara urusan kesehatan pada Partai Buruh yang merupakan oposisi pemerintahan Inggris, Jonathan Ashworth, menuduh pemerintahan PM Johnson 'sembrono' dengan menggemakan para pakar yang menilai pembukaan kembali membahayakan kesehatan global.
"Kami menentang pembukaan kembali tanpa tindakan pencegahan apapun," ucap Ashworth kepada televisi terkemuka Inggris, BBC.
Sejumlah pihak lainnya mendorong pemerintah Inggris berpegang pada konsensus global yang berhati-hati menghadapi pandemi Corona, daripada mengikuti naluri libertarian seperti Johnson dan politikus Partai Konservatif lainnya.
Pakar kesehatan publik pada Universitas Bristol, Gabriel Scally, menyebut pendekatan pemerintah untuk mencabut pembatasan sebelum lonjakan kasus pada musim dingin ditandai oleh 'kekosongan moral dan kebodohan epidemiologis'.